Makin aneh Dahlan Iskan

Pagi ini saya benar-benar kaget. Tak menyangka sosok public figur yang terkenal bijak & smart itu terlihat sedang berjalan membawa patung di sebuah rumah ibadah non muslim. Padahal semua orang juga tau bahwa dia beragama Islam.

Jujurly, sebelumnya saya sangat menyukai tulisannya. Selalu smart, bijak, dan menyentuh hati. Tapi setelah mengetahui bahwa dia melanggar prinsip aqidah seorang muslim, maka luntur seluruh penghormatan untuknya.

Terlebih ketika dia bercerita bahwa dia sekarang menjadi penganut agama yang tak memiliki tempat ibadah, tak ada doa, tak ada sembahyang. Karena ibadah mereka adalah berbuat baik kepada sesama, menolong sesama tanpa pamrih.

Oh betapa kecewanya saya. Mengapa dia menjadi seperti itu? Kalau cuma ingin menolong sesama, ajaran Islam sudah mengcover dengan sempurna.

Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa menolong sesama itu lebih baik daripada itikaf di bulan Ramadhan. Padahal itikaf itu ibadah yang pahalanya sangat banyak. Tapi ternyata masih lebih tinggi posisi menolong sesama.

Kalau dia merasa begitu damai di agamanya barunya karena tak ada sembahyang dan doa, maka itu masalah lain lagi. Dalam Islam, kewajiban sholat 5 waktu tak bisa ditawar. Sebuah kewajiban yang melekat erat dari baligh hingga menutup usia.

Toh kewajiban sholat tidak memakan waktu banyak. Apa sih susahnya meluangkan 10 menit untuk sholat. Nyatanya gerakan sholat juga menyehatkan. Itu kalau ditinjau dari segi kesehatan jasmani. Kalau ditinjau secara kesehatan rohani, maka sholat adalah sesi "meditasi" terbaik. Sama seperti meditasi yang dilakukan oleh tokoh public figur itu.

Kalau dia merasa nyaman membawa patung, maka itu juga tak bisa dilakukan dalam agama monoteisme Islam. Karena dalam agama monoteisme itu bentuk Tuhan berbeda dengan bentuk manusia. Karena wujudnya yang berbeda dengan manusia, maka tak bisa dan tak boleh digambarkan dalam patung. Itu termasuk syirik akbar.

Bukankah dulu awal mula penyimpangan tauhid adalah pembuatan patung untuk menghormati orang shalih? Patung Wadd, Suwa, Yaghut, Yauq, dan Nasr adalah awal mula penyimpangan tauhid di muka bumi. 

Mereka adalah orang-orang shalih yang terkenal kebaikannya. Dan orang-orang sesudahnya membuatkan patung untuk mengingat dan mencontoh kebaikan mereka kepada sesama. Tetapi akhirnya berujung pada pengkultusan dan penyembahan orang-orang shalih itu.

Sama seperti kasus tokoh public figur ini. Patung yang dibawanya memang tokoh orang baik. Ajarannya selalu menganjurkan untuk menolong orang-orang miskin yang sedang kesusahan. Tapi akhirnya malah disembah oleh para pengikutnya. Kasus lama terulang kembali. Karena memang sesungguhnya sejarah selalu terulang.

Tentu kita sebagai muslim tak bisa menyetujui tindakan tokoh public figur itu. Meskipun kebaikannya sebesar gunung karena menolong sesama, tapi kalau tidak dibingkai oleh aqidah yang benar, maka kebaikannya akan sia-sia. Ini kalau ditinjau dari aqidah Islam.

Sungguh istiqomah itu berat. Kita tak pernah tau bagaimana akhir kesudahan hidup kita. Hanya bisa berdoa setulus hati agar tetap diteguhkan dalam iman Islam hingga akhir hayat. Karena seberapa pintar atau seberapa bijak seseorang itu tidak bisa menjamin keistiqomahan dalam iman Islam. 

Yaa muqollibal qulub tsabit qolbie ala dienika...

(Widi Astuti)

Baca juga :