Kisah Mesranya Bahrain dengan Israel, Hubungan Kedua Negara Rusak Pasca Serangan Hamas 7 Oktober

[PORTAL-ISLAM.ID]  Bahrain sedang jadi perbincangan netizen Indonesia setelah kontroversi wasit (baca: kecurangan) yang membuat pertandingan Bahrain vs Indonesia berakhir imbang 2-2, dengan tambahan waktu yang melebihi.

Pada 2020, negara Arab yang berpenduduk 1,5 juta jiwa itu menjadi salah satu penandatangan 'Perjanjian Abraham' (The Abraham Accords) yang secara resmi melakukan normalisasi dengan Israel.

'Perjanjian Abraham', diambil dari nama nabi besar umat Yahudi, Kristen dan Islam, adalah gagasan Amerika Serikat yang diujungtombaki Presiden Donald Trump pada 2020. Melalui perjanjian itu, AS mengiming-imingi sejumlah negara Muslim dengan berbagai bantuan dengan imbalan menormalisasi hubungan dengan Israel.

Bahrain salah satu yang meneken perjanjian itu pada 2020. Negara lainnya yang secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel melalui perjanjian itu adalah UEA, Maroko, dan Sudan. 

Perjanjian tersebut ditandatangani pada 15 September 2020, di Gedung Putih di Washington, DC.

Pada 18 Oktober 2020, delegasi Israel yang dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Meir Ben-Shabbat melakukan perjalanan ke Ibu Kota Bharain, Manama, untuk menandatangani dokumen deklarasi normalisasi.
Pada bulan Maret 2021, Bahrain mengangkat Khaled Yousif al-Jalahma sebagai duta besar pertamanya untuk Israel. Ia tiba di Israel untuk memangku jabatannya pada akhir Agustus 2021. 

Pada bulan September 2021, Israel membuka kedutaan besar tetap di Manama. Pada bulan September 2023, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengunjungi Manama dan secara resmi membuka kembali kedutaan baru Israel untuk menggantikan yang pertama. 

Media-media Bahrain melansir, Presiden Israel Isaac Herzog tiba di Bahrain pada Ahad (4/12/2022) untuk kunjungan kenegaraan pertamanya sejak menjalin hubungan diplomatik pada 2020. Herzog disambut di bandara oleh Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Alzayani.

Herzog mengadakan pembicaraan dengan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa di Ibu Kota Manama. Mereka membahas hubungan bilateral dan perkembangan regional. 

"Raja Hamad menegaskan posisi tegas Bahrain dalam mendukung pencapaian perdamaian yang adil, komprehensif dan berkelanjutan yang menjamin hak-hak sah rakyat Palestina," lapor kantor berita negara BNA.
Sementara Herzog berterima kasih kepada raja Bahrain atas penerimaannya dan memuji visi perdamaian, persahabatan, toleransi dan kontribusi besarnya pada Perjanjian Abraham. "Kita harus memperkuat aliansi kita untuk perdamaian dan membawa lebih banyak negara dan bangsa ke dalam lingkaran perdamaian di kawasan kita," ujar Herzog.

Pada September 2023, The Jerusalem Post melaporkan bahwa rencana kerja sama kedua negara kian dalam. 

Eitan Na'eh, duta besar Israel untuk Kerajaan Bahrain kala itu menyatakan telah membawa delegasi yang terdiri dari 27 pengusaha, yang telah mengadakan puluhan pertemuan selama kunjungan menteri luar negeri Israel kala itu.

“Lebih banyak investasi dibahas, begitu juga dengan Forum Negev. Kami ingin menyelesaikan proyek tersebut. Bahrain memimpin dalam bidang kesehatan. Israel dalam ketahanan pangan dan pendidikan. Kami melihat minat awal investor di Israel dan AS untuk berinvestasi di negara-negara Perjanjian Abraham. Kami melihat Bahrain sebagai pintu gerbang dan hub,” ujar Na’eh dilansir The Jerusalem Post.

Namun, sebulan setelah kunjungan itu, serangan Topan al-Aqsa oleh pejuang Palestina terjadi disusul agresi brutal Israel ke Jalur Gaza. Pada 3 November 2023, Bahrain kemudian menangguhkan hubungan dengan Israel. 

Pada tanggal 2 November 2023, mengingat perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung, Bahrain mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa duta besar Israel meninggalkan Bahrain, bahwa Bahrain memanggil duta besarnya untuk Israel, dan menangguhkan semua hubungan ekonomi dengan Israel, dengan alasan "sikap yang solid dan historis yang mendukung perjuangan Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina." Pernyataan tersebut dibuat oleh parlemen Bahrain dan Israel mengatakan mereka tidak mengetahui keputusan tersebut. 

Meski telah menarik duta besar dan memutus hubungan ekonomi dengan Negeri Zionis, Bahrain tidak pernah secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan negara tersebut. Hal ini kemudian memicu perdebatan dari masyarakat di berbagai belahan dunia.

Dilansir Reuters, masyarakat Bahrain sendiri tidak setuju negara mereka mendukung Israel. Mereka bahkan sempat melakukan demonstrasi besar-besaran untuk mendesak pemerintah agar segera mengakhiri hubungannya dengan Israel pada tahun lalu.

Hingga saat ini, status hubungan Bahrain dan Israel masih belum jelas. Sebab, meski negara tersebut sudah menarik duta besar dan menghentikan hubungan ekonominya dengan Israel, Negeri Zionis tetap mengeklaim bahwa hubungan keduanya baik-baik saja. Namun, Bahrain saat ini sudah tidak punya hubungan diplomatik dan hubungan ekonomi dengan Israel.

(Sumber: CNN, Republika, Dll)
Baca juga :