Jelang Pelantikan Prabowo, Keluarga Besar Soeharto akhirnya rujuk

Oleh: Budi Saks

Dukungan terhadap Prabowo Subianto makin membulat jelang pelantikannya menyusul kabar terakhir datang dari ring 1 Cendana bahwa keluarga besar Soeharto akhirnya mengirim ucapan selamat ke Kertanegara melalui utusan kepercayaan mereka.

Hal ini dianggap sebagai tanda berakhirnya ketegangan dan sikap permusuhan keluarga Soeharto (kecuali mbak Titiek) terhadap Prabowo sejak peristiwa 1998 dimana mereka Bambang, Tutut, Sigit, Tommy dll menganggap Prabowo ikut bertanggungjawab atas kerusuhan yang terjadi dan berakibat melengserkan bapaknya plus tuduhan tuduhan lainnya.

Beberapa analis menilai hal ini cukup positif karena mengurangi pihak yang memusuhi Prabowo karena pemerintahan akan alot selama "dua trah besar" bangsa Indonesia ini memusuhi seorang presiden terpilih.

FYI, Trah Soekarno dan Trah Soeharto keduanya mengambil sikap bermusuhan terhadap Prabowo yang dianggap sebagai representasi dari Trah Soemitro Djoyohadikusumo (lihat sejarah saat Soemitro menjadi menteri pada era orde lama dan orde baru), kecuali beberapa anggota trah saja yang memiliki sudut pandang berbeda seperti (alm) bu Rachmawati adik dari Megawati Soekarnoputri dan bu Titiek adik bungsu trah Soeharto yang ngeyel tetap membela mantan suaminya yang masih dicintainya itu sejak 2014 walau dicibiri saudara saudaranya dan masyarakat.

Tentu saja karena minimnya informasi, banyak pencinta keluarga Soeharto berpikir selama sepuluh tahun ini bila Cendana pasti mendukung Prabowo karena ia pernah jadi menantu Soeharto, padahal sebagaimana bapaknya Prabowo ini dianggap berkhianat setelah dipercaya karena terlalu kritis dan idealis sehingga menyinggung keluarga Cendana seperti pak Soemitro ketika masa orde baru malah bersama bung Hatta, Ali Sadikin, Emil Salim dll mendirikan "Petisi 50" sebuah kumpulan pemikir dan pengkritik kebijakan Soeharto sebagai presiden.

Begitupun sebagian kalangan aktivis 98 yang selama ini memandang Prabowo sebagai representasi kekuatan orde baru mereka tak memahami bahwa sesungguhnya dia itu sibuk mengkritik dan "mbalelo" terhadap kebijakan kebijakan mertuanya termasuk cara cara berbisnis kakak kakak iparnya.

Makanya tak heran sebagian aktivis 98 menganggap aktivis 98 seperti saya (dan Budiman Sudjatmiko dll) adalah pengkhianat spirit revolusioner (yang diredupkan oleh gerombolan Ciganjur jadi reformasi saja), sebaliknya bagi kelompok kelompok yang benci terhadap gerakan 98 sudah biasa mencap kami sebagai PKI saking bodohnya pengetahuan politik mereka.

Tapi apalah itu yang penting kita kawal semua kebijakan presiden terpilih nanti dan jangan ragu ragu mengkritik bila memang perlu karena bagi saya tidak ada fanatisme pada manusia.

Selamat Jum'at Indonesia.

(fb)
Baca juga :