PT Timah itu adalah BUMN, yang manajemennya bangga sekali jika mereka akuntabel, transparan, dll.
Saya pernah datang ke acara BUMN ini belasan tahun lalu. Bukan main, mereka merasa suangat bersih, peduli, bla bla bla.
Tapi kasus-kasus yang dibongkar belakangan ini benar-benar menakjubkan.
Lihat screenshot berita ini. Ini contoh paling kecil. Keciiil sekali.
- Jika pakai smelter swasta, berapa biayanya? 3 trilyun.
- Jika pakai smelter sendiri, berapa biayanya? 700 milyar.
Lantas dimana bijih timah dilebur? Swasta dong.
Astagfirullah. Bagaimana logikanya?
Itu proses pengambilan keputusan kok bisa begini?
Atau, lebih mahal, lebih mantap bancakannya?
Saya yakin, siapapun dibalik keputusan ini akan selalu punya argumen ngeles pembenarannya. Tapi kan tapi kan tapi kan. Bodo amat jika negara dirugikan trilyunan.
Itu tuh PT Timah, BUMN yang konon katanya akuntabel, transparan.
Gimana jika urusan lain yang lebih sudah dikendalikan?
Kamu bayangkan saat ekspor pasir laut dibuka dengan nilai ratusan trilyun. 40 perusahaan lebih yg telah rebutan daftar. Siapa saja mereka? Siapa orang-orang dibalik perusahaan ini. Mbuh. Nanti saat mengeduk lautan, jual ke Singapura, apakah tonase, pajak dilaporkan dgn betul? Mbuh.
Dibalik proyek-proyek ini, bisnis-bisnis ini, Kawan, selalu ada: pejabat-pejabat bermain. Pengusaha-pengusaha yang siap mentraktir pejabat.
Mereka pesta pora menikmati uang trilyunan dari kekayaan alam Indonesia.
Rakyat dapat apa? Seriusan deh, rakyat pulau Bangka dapat apa dari timah???
Dan Kamu? Iya, kamu yang cuma sibuk joget-joget. Atau, ikutan kritis dong, tapi tetap, joget2 juga. Pilkada nanti, lihat saja, orang2 ini tetap joget2 juga. Belain dinasti politik. Belain orang yg sama terus berkuasa. Bahkan napi korupsi, napi narkoba, masih mereka pilih juga. Sambil matanya melotot ngelihatin akun medsos keluarga pejabat yg lagi pamer. Duuuh, mbak kok cantik banget. Duuuh, tasnya Ibu kok bagus banget. I loooop u, mbak. Jutaan orang2 ini.
Mereka lebih takut bansos dihentikan dibanding anak mereka punya masa depan. Ngaku sajalah.
(BY TERE LIYE)