TAKTIK PERANG PSIKOLOGIS SINWAR SUKSES TEKAN ZIONIS ISRAEL

TAKTIK PERANG SIKOLOGIS SINWAR SUKSES TEKAN ZIONIS ISRAEL

(Oleh: Faisal Lohy)

Hamas di bawah pimpinan Ust. Yahya Sinwar sukses menarik strategi politik Hamas ke arah konsolidasi perlawanan yang sangat ekstrim, sangat keras. Salah satunya, beliau sukses menjalankan taktik perang sikologis yang sangat merugikan rezim zionis israel.

Sinwar sukses menyeret Netanyahu, Amerika dan negara-negara arab, ke dalam peningkatan tamparan dan tekanan global, regional bahkan sukses memicu akselerasi tensi serangan masyarakat Israel terhadap pemerintahnya sendiri.
Sejak menggantikan Asy Syahid Ismail Haniyeh, Sinwar telah memblokir semua undangan negosiasi yang dimediasi Amerika, Qatar dan Mesir hingga September ini. Sinwar menolak semua syarat kesepakatan yang diajukan karena dinilai tidak mewajibkan israel melakukan gencatan senjata penuh di Gaza.

Selain menuntut israel lakukan gencatan senjata permanen, Sinwar menuntut penarikan semua pasukan Israel dari wilayah Gaza, terutama di koridor Philadelphia (perbatasan Gaza-Mesir), pemulangan seluruh pengungsi Palestina dan pelepasan tahanan.

Sinwar tetap berkeras, perundingan apapun harus mendasarkan kesepakatan pada seluruh permintaan tersebut.

Tidak peduli meskipun Sinwar sadar, sikap keras kepalanya akan berdampak pada makin lamanya penyelesaian konflik, perang berkepanjangan, menambah kerusakan besar di Gaza, penurunan kemampuan operasi Hamas, rusaknya jaringan terowongan Hamas di Gaza.

Sinwar tetap keras memegang sikap politiknya dan memilih fokus memperjuangkan kesepakatan yang ujungnya adalah israel wajib mengakhiri serangan secara penuh dan dunia harus mengakui kemerdekaan Palestina.

Sikap politik yang dipraktekan Sinwar, sukses mengangkat daya tawar Hamas di level regional dan global. Sebaliknya, semakin menjatuhkan daya tawar politik Zionis Israel dan Amerika.

Sinwar begitu cerdas memainkan peran. Ia berhasil menyeret pemerintahan dan militer zionis israel ke dalam berbagai peningkatan tekanan signifikan di level global, regional bahkan, masyarakat dalam negerinya sendiri.

Sinwar menggunakan taktik tekanan psikologis dengan memanfaatkan para sandara israel yang ditahan di Gaza untuk memicu peningkatan gelombang protes dunia terhadap Netanyahu untuk segera memenuhi tuntutan gencatan senjata yang disodorkan Hamas agar sandera Israel bisa dilepaskan.

Dalam kaitan ini, Sinwar seolah terlihat aktif menunda upaya gencatan senjata. Memainkan strategi seolah menekan dan berlaku keras kepada para sandera demi mengirimkan pesan berupa tekanan psikologis yang menakutkan kepada keluarga sandera.

Beberapa kali, Hamas mengumumkan, bahwa pihaknya tidak akan segan membunuh sandera Israel setiap kali Israel lakukan upaya serangan untuk membebaskan sandera.
Pengumuman ini disebarluaskan media. Tersampaikan ke seluruh masyarakat dunia. Terutama keluarga sandera di Israel. Memicu ketakutan dan berbalik menuntut, mengutuk rezim zionis Netanyahu segera penuhi permintaan Hamas, capai gencatan senjata sehingga para keluarga yang ditahan bisa segera dipulangkan.

Sinwar tetap fokus, menunggu kesediaan Netanyahu penuhi permintaan, sambil meladeni serangan-serangan dengan maksud untuk melemahkan kekuatan militer israel. Semakin panjang waktu serangan, memang berdampak pada kelanjutan kerusakan di Gaza. Tapi di satu sisi akan efektif untuk membawa Israel ke dalam krisis keuangan, perlambatan ekonomi akibat tanggungan logistik militer yang besar, berkelanjutan. Pelan-pelan akan melemahkan sumber daya politik dan kekuatan militer Israel.

Meskipun Sinwar bersikap keras memberikan tekanan psikologis dengan memanfaatkan para sandera. Di satu sisi, Sinwar tetap menginzinkan Palang Merah Dunia untuk mengunjungi para tahanan Israel di Gaza secara berkala.

Tujuannya, selain memastikan kesehatan para Sandera, hal ini bertujuan untuk mengirimkan pesan, bahwa Siwnar tetap bersedia melakukan negosiasi gencatan senjata. Disamping juga untuk mengirimkan pesan humanis untuk menetralisir citranya dan Hamas. Bahwa dibalik sikapnya yang keras, Sinwar punya kewajiban untuk tetap peduli terhadap kesehatan dan keselamatan para sandera.

Taktik perang psikologis Sinwar, belakangan sukses mempengaruhi opini global, terutama di dalam negeri Israel. Sinwar sukses menaikan daya tawarnya selama proses negosiasi berlangsung. Sebaliknya berhasil mendorong peningkatan gelombang protes masyarakat dunia terhadap Netanyahu.

Lihatlah bagaimana keadaan dalam negeri Israel hari ini. Taktik perang psikologis Sinwar sukses memprovokasi masyarakat Israel, menaikan tensi gelombang protes masyarakat untuk menyalahkan, mengutuk Netanyahu. Rezim zionis israel diambang distabilitas politk akibat perlawanan-tekanan sipil terhadap rezim Zionis Netanyahu untuk segera akhiri perang di Gaza.

Times Of Israel mengabarkan perkembangan kekacuan dalam negeri dalam seminggu terakhir. Sekitar 750.000 pengunjuk rasa Israel turun ke jalan. Demonstrasi sepanjang sepekan ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah Israel. Mengakibatkan kerusakan dan kekacauan yg sulit dikendalikan dan diatasi.

Kepala Federasi Buruh, Arnon Bar-David bahkan telah mengumumkan aksi mogok nasional sejak Senin 2 September lalu. Ia bahkan mendesak masyarakat sipil lainnya turun ke jalan menyuarakan protes sebagai respon atas kegagalan pemerintah menyepakai pembebasan sandera di Gaza.

Para demonstran menuntut Netanyahu menyepakati gencatan senjata dengan Hamas, demi membawa pulang sandera yang tersisa hidup-hidup, sekarang juga.

Rakyat memaki pemerintahan sendiri. Mereka benar-benar yakin bahwa pemerintah membuat keputusan perang di gaza demi kepentingannya sendiri, bukan demi keselamatan para sandera. Rakyat menuntut perang dihentikan.
Kemarahan warga sipil Israel memuncak tatkala ditemukan 6 sandera Israel yg tewas di sebuah trowongan di Gaza minggu lalu. Hamas memanfaatkan momen ini untuk mendiskredit posisi Netanyahu. Bahwa para sandera tersebut dibunuh sendiri oleh Israel dalam serangan udara.

Sinwar cerdas memanfaatkan situasi dengan mengirimkan pesan lewat klarifikasi salah satu senior Hamas, Izzat Al-Risheq, bahwa Hamas telah menerima dan bersedia mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan syarat yg mereka buat. Masalahnya ada di Netanyahu, sengaja menghambat kesepakatan dengan menambahkan syarat yg bertujuan untuk mempertahankan kekuasaannya di Israel dan di Gaza.

Sebagaiaman terlihat dalam poster dan spanduk para demonstran, mereka tersulut menyalahkan kematian 6 sandera sebagai wujud mutlak kegagalan Netanyahu menghentikan perang. Teriakannya sangat keras. "Hentikan perang sekarang juga".

Sinwar begitu cerdas memainkan strategi politiknya yg keras tanpa mau tunduk terhadap syarat-syarat baru yg diajukan Israel. Beliau sukses memainkan taktik memberikan tekanan sikologis untuk menekan dan memperlemah daya tawar Netanyahu.

Seperti filosofi silat Simatera, "meminjam kekuatan lawan untuk menekan lawan". Menyulut warga sipil israel menyerang dan melemahkan pemerintahan serta militer zionis sendiri.

Disamping itu juga turut merugikan, mengacaukan strategi Amerika dan negara-negara arab moderat-liberal yg sejak awal bertindak layaknya "kacung-jongos" memaksa Hamas tunduk di bawah kebijakan "terjajah" normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel dengan iming-iming kompensasi Palestina Merdeka.

Apapun yg terjadi, Sinwar tetap fokus dengan pendekatannya yg sangat ekstrim dan kerasnya. Tidak ada tanda-tanda beliau akan tunduk karena tekanan. Palestina harus merdeka dan terlepas sepenuhnya dari genosida brutal Israel. Apapun taruhannya. Bagi sinwar lebih baik bertarung hingga mati, hingga seluruh gaza hancur, dari pada harus tunduk di bawa tekanan dan penjajahan Zionis Israel. Palestina harus merdeka.

Allah merahmatimu ya syeikh....

[Video salah satu bentuk Perang Psikologis Hamas]
Baca juga :