Sudah sejak 5 tahun lalu, saya berteriak di temlen soal bubarkan saja KPK, dan sempat dianggap negatif disebut pendukung koruptor oleh para "die harder" KPK.
Bukan karena sependapat dengan Fahri Hamzah, tapi saya melihat sisi politik yang kini kental dalam penindakan yang dilakukan oleh KPK.
Sebagai komisi pemberantasan, tegak lurus pada kebenaran penindakan adalah sebuah hal yang wajib dijalankan, walau itu menyentuh orang kuat dibaliknya.
KPK itu kini produk politik, hasil kompromi politik lewat pemilihan di DPR, ditambah lembaga ini sebenarnya bukanlah lembaga yang tetap, tapi sementara sifatnya (komisioner).
Bayangkan, lembaga "superbody" dipimpin oleh produk politik, tentu ibarat senjata mematikan yang siap ditembakkan sesuai keinginan pemegang pematik dibelakangnya.
Memilih dan memilah, orang yang dimasukkan dalam sangkaan, dan membatasi ruang gerak untuk menindak lebih dalam orang kuat dibelakangnya, seolah menjadi SOP baku KPK saat ini.
Dulu, saya buat sebuah group dengan nama Komunitas Pohon Kersen disingkat sama KPK, sebuah harapan kepada lembaga anti rasuah, akan tumbuh seperti pohon kersen yang kuat hidup dimanapun walau ketidaksesuaian tempat hidup, pohon kersen bisa hidup bertahan.
Namun kini, KPK tak lebih seperti pohon hasil genetika, yang diciptakan paksa tumbuh disesuaikan dengan permintaan pasar.
Bubarkan KPK, bukan semata hadir karena sentimen politik, tapi ini soal pemberantasan korupsi yang pilah pilih sesuai kepentingan kekuasaan.
KPK tumbuh menjadi lembaga ancaman, yang dipakai dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan dan menargetkan sandera politik kepada orang ataupun kekuatan politik di republik ini.
Hilang sudah intergritas bertugas dan berkerja tanpa takut intervensi kekuatan dan kepentingan kekuasaan.
Kehadirannya kini tak lebih kepanjangan tangan kepentingan.
Bubarkan saja KPK.
(Bang DW)