MENCOCOK-COCOKKAN Al-QUR'AN DAN INJIL, APA BOLEH?!
Oleh: Utsman Zahid As-Sidany
Mencari kesamaan, atau commonality (al-qawasim al-mushtarakah) tidak jarang merupakan jalan baik yang perlu ditempuh dalam merespon beberapa fenomena sosial atau pemikiran. Barangkali agar tidak terlalu fanatik atau berlebihan dalam mengambil sikap.
Dalam upaya mencari sisi kesamaan (al-qawasim al-mushtarakah) tentu tidak lepas dari upaya-upaya apa yang disebut "mencocok-cocokkan". Dan barangkali apa yang saya maksud dengan "mencocok-cocokkan" pada judul tulisan saya ini ter-syarah oleh kalimat-kalimat ini.
Dari sini, saya ingin masuk kepada satu masalah yang penting, yakni upaya menggali atau mencari commonality antara Al-Qur'an dan injil. Tentu yang dimaksud "Injil" adalah Injil yang ada saat ini, bukan Injil di masa Nabi Isa -'alayh as-aalam.
Pertanyaannya apakah hal ini sah dilakukan?
Menurut saya perlu dirinci dua hal berikut.
Pertama, jika upaya mencari commonality di atas dilakukan dalam rangka memberikan pembenaran pada Injil yang ada saat ini, dengan kata lain ingin menyampaikan bahwa "agama Nasrani saat ini pun adalah agama yang benar di sisi Allah, karena terbukti ada sisi-sisi kesamaan antara ayat-ayat Al-Qur'an dan Injil ", maka ini jelas tidak dapat diterima oleh Islam.
Atau ingin membuat kesan bahwa Islam tidak mempersoalkan keyakinan dan agama Nasrani, Islam dikesankan "berdamai" dengan agama lain, maka ini juga tidak boleh.
Atau memberikan kesan bahwa seorang Muslim - apalagi seorang tokoh publik - mengatakan kepada penganut Nasrani atau Yahudi: "Tak mengapa kau tetaplah berpijak pada agamamu, sebab agamamu juga mengajarkan kebaikan, bahkan sering cocok dengan agamaku juga", maka ini mengundang fitnah bagi masyarakat luas.
Begitu juga, artinya, jika upaya mencari commonality itu dilakukan dalam bingkai pluralisme, dialog antar agama atau at-taqrib bayn al-adyan (baca: mensejajarkan agama Islam dengan agama yang lain), maka upaya mencari commonality tersebut telah ditolak oleh Al-Qur'an secara tegas.
Ayat-ayat maupun hadits yang berbicara tentang hal ini sangat banyak sekali (dilampirkan di bagian bawah tulisan -red).
Kedua, jika apa yang disebut sebagai mencari commonality dimaksudkan untuk sekedar menggali informasi bagaimana pandangan-pandangan di dalam Injil (atau Taurat) terkait dengan hal-hal tertentu yang disampaikan di dalam Al-Qur'an, tidak ada tujuan-tujuan seperti disebut pada point pertama, maka -- menurut saya -- boleh saja dengan syarat bahwa Al-Qur'an wajib menjadi hakim atasnya, dalam arti: (1) Tidak boleh dibenarkan kecuali yang bersesuaian dengan al-Qur'an. (2) Wajib ditolak dan didustakan jika bertentangan dengan Al-Qur'an. (3) Cukup didiamkan, tidak dibenarkan dan tidak didustakan jika tidak bertentangan dan tidak pula bersesuaian dengan al-Qur'an.
Seperti inilah konteks para ulama saat mengemukakan beberapa sumber-sumber Isra'iliyyat di dalam kitab-kitab Tafsir.
Ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad - shalallahu alaihi wa alihi wasallam - :
بلغوا عني ولو آية، وحدثوا عن بني إسرائيل ولا حرج، ومن كذب علي متعمدا، فليتبوأ مقعده من النار
"Sampaikanlah dariku walau satu ayat. Dan ceritakanlah dari Bani Israil, tidak ada kesempitan. Dan barangsiapa berbuat kedustaan atas namaku secara sengaja maka silahkan dia menempati tempat duduknya dari api (neraka)." (HR. Bukhari).
Wallah a'lam.
______________
*Lampiran poin pertama:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat. (QS. Ali 'Imran: 19)
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali 'Imran: 85)
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. Al-Maidah: 48)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اٰمِنُوْا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدَّهَا عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ السَّبْتِۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا
Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah(-mu), lalu Kami putar ke belakang (sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Ketetapan Allah (pasti) berlaku. (QS. An-Nisa': 47)
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا۟ بَيْنَ ٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا۟ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا. أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. An-Nisa': 150-151)
والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tak seorang pun dari umat ini, Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar aku (telah diutus) kemudian dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka. (HR. Muslim)
[ عن جابر عن النبي صلى الله عليه وسلم: حين أتاه عمر فقال: إنا نسمع أحاديث من يهود تعجبنا، أفترى أن نكتب بعضها؟ فقال: أمتهوكون أنتم كما تهوكت اليهود والنصارى؟ لقد جئتكم بها بيضاء نقية ولو كان موسى حيا ما وسعه إلا اتباعي
Dari Jabir, dari Nabi Muhammad - shalallahu alayhi wa alihi wasallam - ketika Umar datang kepada beliau kemudian berkata: Sungguh kami mendengar dari orang-orang Yahudi kalimat-kalimat yang aku merasa kagum darinya, apakah aku boleh menulis sebagiannya? Maka Rasulullah pun berkata: Apakah kau bingung seperti kebingungan Yahudi dan Nasrani?! Sungguh aku telah datang membawa gantinya (Taurat) ayat-ayat yang putih bersih. Andai Musa masih hidup niscaya tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku. (HR. Baihaqi)