MANDALIKA adalah salah satu contoh Kebijakan Pemerintah yang serampangan dan tanpa studi yang baik, SEKARANG kena batunya... Ambyarrrrr

Kalian kira, menggelar acara seperti MotoGP, F1, dkk itu gratis? Nggaaak. 

Bahkan belum apa-apa, baru pembicaraan di awal, pemilik hak acara-acara ini sudah ngasih tarif duluan, alias fee. License fee, commitment fee, hosting fee, royalty fee, apapun itu istilahnya. Berapa tarif tuan rumah MotoGP? 200 milyar lebih sekali gelar. Berapa tarif F1? 500 milyar s/d 1 trilyun. 

Elu kagak punya duitnya, ngimpi saja buat jadi tuan rumah. Biasanya kontrak dibuat 3-5 tahun. Deal! Nah, selesai masalah fee ini, baru deh kamu mikirin biaya-biaya lain. Dan tentu saja, biaya bangun sirkuitnya. Jika kamu bangun dari nol, maka tambahkan 5-10 trilyun lagi.

Tapi, dengan biaya sebanyak itu, kok orang masih berlomba-lomba jadi tuan rumah?

Iya. Karena jika panitia lokalnya bagus, profesional, pinter, maka menggelar MotoGP, F1, jelas akan menguntungkan. 

Sirkuit di Perancis misalnya, mereka bisa mendatangkan 280.000 penonton. Dengan harga tiket di sana yang bisa 1-3 juta, maka dari tiket saja balik modal itu hosting fee. Belum lagi sponsor yang ratusan milyar, belum lagi penjualan hak siar televisi, dll dsbgnya. Belum lagi dampak ekonominya.

Tapi, jika panitia lokalnya hanya dipenuhi: AMBISI! PROYEK MERCU SUAR. Yang ada malah buntung!! 

Lebih-lebih, jika panitia lokalnya ambyar. 

Apa itu contoh ambyar? Dia bikin sirkuitnya di tempat yang susah, mahal pula tiket pesawatnya.

Sorry, MotoGP Mandalika termasuk yang ambyar. 

Dan sebelum kalian ngamuk tidak terima tulisan ini, please deh, saya ini penggemar berat MotoGP. Saya nge-fans dengan pembalap-pembalap ini sejak tahun 90-an. Kamu masih netek tahun-tahun itu, kan? 

Tapi saya tidak nge-fans dengan proyek ambisius pemerintah di Mandalika. Itu tuh 100% hanya proyeeek pencitraan. Itu tuh tidak pernah masuk hitung-hitungan bisnis, apalagi olahraganya. Kamu ngembangin lomba balap kok jauh dari siapapun. Siapa yang mau latihan balap di sana?

Dulu, setiap saya nulis beginian, netizen banyak yang ngamuk. Menganggap Tere Liye benci dengan MotoGP. Bukan main deh. Nah, silahkan lihat faktanya sekarang. 

Setelah bulan madu MotoGP tahun 2022, pun tahun lalu 2023, setelah gegap gempita, duit APBN digelontorkan habis-habisan, 10 trilyun lebih buat bangun sirkuit ini, ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation - BUMN) dipaksa berutang trilyunan, maka tahun 2024 ini panitia lokal mulai mentok kan?

Hosting fee 231 milyar mampet. Tahun-tahun lalu, ini tuh ditanggung APBN sih. Enaaak memang, tinggal teken, Kementerian menggelontokan duitnya. Beres. Tapi tahun 2024, mereka takut dong. Kok takut? Ya iyalah, sejak kapan Kementerian tugasnya bayarin hosting fee MotoGP? bakal jadi temuan BPK.

Maka, 2024, kewajiban ini dilempar ke provinsi. Berharap APBD. Masalahnya, APBD NTB itu cuma 6 trilyun. Jika 231 milyar buat bayar hosting fee balap-balapan, duh Gusti, itu tuh 5% sendiri. Memangnya balap-balapan ini lebih penting dibanding biaya perbaikan sekolah? Biaya kesehatan rakyat? Bisa-bisa, ASN di sana nggak gajian kalau dipaksa. 

Lantas siapa yang bayar dong? ITDC, BUMN yang punya Mandalika disuruh bayarin? Mereka saja pusing dengan utang 3 trilyun lebih, yang argo cicilan, bunganya 200 milyar per tahun. 

Sementara, secara bisnis MotoGP Mandalika ini sendiri juga beban. Yuk mari buka-bukaan deh. Berapa sih pendapatan tiket? Berapa sponsor? Berapa pendapatan lain-lain? Bandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan ITDC melaksanakan gelaran ini, duuh, ngos-ngosan. 

Tahun 2024 ini, MotoGP Mandalika kemungkinan akan tetap jalan, kayaknya sih akan ada yang sok hero mau nalanginnya (pakai duit rakyat, bukan duit dia). Tapi tahun 2025, 2026, mari kita simak apa yang akan terjadi. Lama kelamaan, sirkuit ini tidak menggelar apapun lagi, kecuali konser musik.

Lantas, apakah Mandalika jadi menggelar F1? Wow deh, siapa yg bakal bayar hosting fee 1 trilyun? Halu yang sempurna. 

Pada akhirnya, inilah pelajaran buat kita. Terutama buat netizen2 yg dulu heroik sekali belain Mandalika. Indonesia itu miskin, my friend. Semua proyek2 hebat yg kita bangga2akan itu dari utang. Setiap infrastruktur yang kita banggakan, dari utang. Kamu mau urunan bayar hosting fee? Lagi-lagi halu.

Bangun tol, jalan, bendungan, okelah. Masih kelihatan manfaatnya. Tapi bangun sirkuit di Mandalika sana? Siapa yang untung? Tentu ada yang untung, yang dapat proyeknya. Pesta pora sih. Jangankan sirkuit, bangun gapura PON saja milyaran duitnya. Yang besok2 ternyata dirobohkan.

Hosting fee 231 milyar ini jelas harus dibayar. Maka siapa yang akan bayar nanti? Rakyat (duit APBN). Kita semua. Siapa yang menikmati balap2an ini? Yang saya tahu, Lili Pintauli, mantan pimpinan KPK sangat menikmatinya, dia dituduh menerima gratifikasi dari PERTAMINA utk nonton MotoGP. Mewah deh perjalanannya, konon 11 orang rombongannya. Lili Pintauli tidak pernah diadili atas kasus ini, karena dia pinter. 

Kamu? Kamu sih levelnya cuma antri bansos, kartu pra kerja, joget2. Utk kemudian kamu puji2 selangit proyek2 mercu suar begini.

Dan catat baik2, saat orang-orang lupa dengan Mandlika, ITDC masih tenggelam dalam lumpur utang, tahun 2028, mereka boleh jadi akan sibuk dengan proyek sirkuit di Kalimantan. Demi pemerataan pembangunan. Masa' sirkuit cuma dibangun di Jawa, atau Lombok. Lagi2 utang, lagi2 proyek. Dan netizen, lagi2 joget.

(BY TERE LIYE)

Baca juga :