Kejamnya Ibu Tiri, Tak Sekejam Paylater

Bom Waktu

Duluu, orang-orang gak punya duit buat beli beras, dia datang ke warung. Kas bon. Beres, bawa pulang beras. Juga garam, gula, minyak sayur, daripada anak-anak tidak makan, tidak apalah kas bon. Terdesak.

Hari ini, dengan kemajuan teknologi, kas bon ini berubah wujud menjadi: pay later. Dan lebih massif dampaknya. Karena bukan hanya buat beli sembako. Orang-orang bahkan bisa 'kas bon' buat beli HP baru (padahal HP lama masih bagus), beli baju-baju, sepatu-sepatu, buat jalan-jalan wisata beli tiket, dan semua keperluan konsumtif, gaya hidup. Bukan lagi demi makan.

Tapi sadarilah, Kawan. Mau apapun istilahnya, pay later ini utang.

Dan seriusan, my friend, semoga kalian tidak perlu mengalaminya, ketika pay later ini dengan kejam mengubah hidup kalian. Ini tuh memang bukan pinjol, tapi daya rusaknya sama. Jika kalian tidak bijak, tidak berhati-hati, sibuk klik klik klik, penghasilan bulanan kalian habis begitu saja untuk bayar pay later.

Pay later itu adalah pinjaman dengan suku bunga tinggi

Wah, kamu tertipu sekali jika merasa cicilannya ringan, ada promo, diskon-diskon kalau pakai pay later, nggak begitu rumusnya. 

Memangnya kamu kira yang punya duit baik hati gitu? Nggaaak. 

Traveloka misalnya, bunga pay later: 2,55% s/d 4,8% per bulan. Alias, bisa tembus 50% per tahun. 

Kalian utang 10 juta, kalian cicil setahun, itu sama saja dengan beli barang itu 15 juta. 

Belum lagi jika aplikasi mengenakan biaya-biaya admin 2%, layanan 2%, dll. Maka diskon di awal yang seolah menggiurkan, dapat 10% misalnya, sama saja bohong.

Jadi, singkat cerita, berhati-hatilah menggunakan pay later.

Kalian sedang "menggadaikan masa depan". 

Iya kalau masa depan kalian lebih baik, gaji naik, karir naik, jika ternyata dipecat, PHK, gaji mentok, harga-harga naik? Kalian justeru menimbun bom waktu.

Lantas apa solusinya kalau terlanjur? Segera lunasi pay later mu itu

Bila perlu makan nasi+garam saja, yang penting pay later lunas. 

Setelah lunas, jangan lagi suka ngutang. Tahan semua keinginan konsumtifmu. 

Kita itu nggak akan mati gara-gara tidak ganti HP, beli ini, beli itu.

(By Tere Liye)

Baca juga :