Bukti bahwa Heraklius lebih memilih kekuasaan atas keimanan adalah tatkala dia memerangi kaum Muslimin di perang Mu'tah.
Tapi mungkin juga kata Ibn Hajar bahwa dia menyembunyikan keimanannya dan melakukan kemaksiatan ini dalam rangka menjaga kekuasaannya dan khawatir dibunuh kaumnya.
Hanya saja dalam Musnad Ahmad terdapat riwayat bahwa dia sempat mengirim surat kepada Rasulullah dari Tabuk, bahwa dia adalah seorang Muslim. Lalu Rasulullah berkata bahwa dia dusta, justru dia tetap dalam agama Kristen.
Dalam Kitabul Amwal karya Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam, terdapat riwayat bahwa Rasulullah berkata: Musuh Allah itu telah berdusta, dia bukanlah seorang Muslim.
Oleh karena itulah Ibn Abdil Barr dalam kitabnya al-Isti'ab menjelaskan bahwa Heraklius itu beriman yaitu maksudnya menampakkan pembenaran akan tetapi dia tidak mengamalkan konsekuensi dan tuntutan dari iman tersebut. Bahkan dia haus akan kekuasaan dan lebih memilih kehidupan yang fana dibandingkan kehidupan yang kekal. (Sumber: Fathul Bari 1/37)
Ibrohnya adalah barangsiapa yang mengaku beriman tapi disisi lain juga memerangi kaum Muslimin bahkan menyediakan tempatnya atau wilayahnya untuk dijadikan pangkalan militer orang-orang Kafir harbi, yang mana dari tempat itu orang-orang Kafir harbi memerangi kaum Muslimin. Maka orang ini jelas bukanlah orang Muslim. Karena dia tidak mengamalkan konsekuensi dan tuntutan dari iman itu sendiri.
[Abu Bakr Al-Banjari]