"Gmn lagi, udah begitu takdirnya"
"wis takdire"
"Qaddarallah" (sudah Allah takdirkan).
Kalimat-kalimat di atas sering terdengar dalam kehidupan sehari², yang jadi pertanyaan: Bolehkah berargumen dengan takdir?
Dalam hal ini ada 3 perincian:
1. jika atas musibah yang menimpa, (boleh)
2. jika atas maksiat yang dilakukan, (tidak boleh).
3. jika atas maksiat yg sudah ditaubati (boleh).
Yang pertama dan yg kedua sudah sering kita dengar, adapun yang ketiga berdasarkan hadits debat (berbantahan) antara Nabi Adam dan Nabi Musa alaihimassalam.
Nabi Musa pernah mendebat Nabi Adam Alaihimassalam. Musa berkata kepada Adam, 'Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena dosamu.'
Adam menjawab, 'Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah Allah tulis sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah Allah takdirkan terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku?'"
Rasulullah bersabda, "Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa." (HR Bukhari)
-Ustadz Fadlan Fahamsyah