Asyik Ngonten, Tak Sadar Umrah Batal

Asyik Ngonten, Tak Sadar Umrah Batal

Baitullah memang menjadi tempat tertambatnya hati manusia sejak dulu, kini hingga hari kiamat tiba. 

Setiap hati yang beriman merasa rindu ingin hadir ke sisi Ka'bah yang mulia, bahkan orang yang sudah berkali-kali datang ke tempat ini akan bertambah kuat rasa rindu di dalam hatinya. 

Inilah tempat yang paling menarik untuk didatangi oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. 

Oleh sebab itu, perasaan ingin mengabadikan momen di tempat ini seringkali tidak dapat terbendung, karena itu adalah bagian dari fitrah. Fitrah manusia senang terhadap kebaikan, senang menceritakan suka cita dan senang mendapatkan penghargaan.
 
Namun demikian, perlu kita ingat, bahwa ekspresi kegembiraan di tempat mulia ini harus tertata dan terbimbing oleh ilmu dan pengetahuan, agar kita tidak kebablasan dan tidak hilang berkah dalam perjalanan mulia yang kita kerjakan. 

Di dalam al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa siapa yang mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, itu adalah bukti ketakwaan hati. 

Artinya, sejauh mana seseorang mengagungkan Baitullah dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak penting, apalagi dapat mengganggu inti ibadahnya atau mengganggu orang lain yang sedang khusus' di rumah Allah, sejauh itulah nilai takwa yang dia miliki dan sejauh itu pula dia akan mendapatkan dampak dari keberadaannya di tanah suci.

Arus informasi yang mengalir sangat cepat dengan perangkat media yang ada di tangan setiap orang, seringkali menggoda seseorang untuk menyebarkan aktivitasnya kepada kerabat dan sahabat. 

Hal ini tidak jarang menjadikan banyak jamaah umrah merusak fokus ibadahnya secara tidak sadar. 

Bahkan tidak sedikit kita jumpai, karena asyik mengambil dokumentasi, mangabadikan momen saat tawaf dan membuat konten di hadapan Ka'bah, sambil berjalan membelakangi atau berhadapan dengan Ka'bah saat tawaf. 

Padahal menurut jumhur (mayoritas) ulama, baik Maliki, Syafi'i dan Hambali membelakangi atau menghadap Ka'bah saat tawaf dapat membatalkan tawaf. 

Dan oleh karena tawaf adalah rukun dari umrah, maka umrahnya pun menjadi tidak sah. 

Hanya mazhab Hanafi yang memandang hal itu sebagai bagian dari wajib umrah, sehingga pun demikian konsekuensinya harus diulang atau diganti dengan dam.
 
Ini penting diperhatikan oleh semua jamaah, agar jangan sampai tawaf anda rusak karena sibuk mengambil dokumentasi. Begitu juga bagi para mutawwif (pembimbing) dan tour leader yang mendapat pesanan dari kantor untuk membuat konten yang ciamik dan marketable. Demikian pula para pembadal umrah, sejak kapan setiap prosesi umrah A-Z harus divideo dan didokumentasikan. 

Marilah kita tetap jaga kekhusyu'an ibadah di tanah suci, terutama di tempat-tempat orang bersimpuh mengungkapkan salah dan dosanya kepada Allah. Tidakkah kita malu, di saat orang berlinang air mata, kita malah sibuk dengan tongsis, mic dan kamera?

Mengambil dokumentasi dalam batas yang wajar boleh-boleh saja. Bisa anda lakukan sebelum tiba di hadapan Ka'bah atau setelah menuntaskan tawaf atau setelah anda tahallul. Ibadah anda lebih khusyu' dan lebih maksimal, anda tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah dan itu adalah bagian dari taqwa.

(Ahmad Musyaddad)

Baca juga :