Khalifah Umar ibnul Khattab pernah melewati sebuah gereja yang dihuni oleh seorang biarawan (pendeta Nashrani), maka Umar memanggilnya, "Hai rahib!" Lalu si rahib muncul.
Maka Umar memandangnya dan kemudian ia menangis.
Kemudian ditanyakan kepada Umar, "Mengapa anda menangis, wahai Amirul Mu’minin?"
Umar menjawab, "Aku teringat akan firman Allah di Al-Qur'an:
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ
تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
"Beramal susah payah lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 3-4)
Itulah yang menyebabkan aku menangis".
Kisah ini dimuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Betapa jauhnya perbedaan antara tangisan 'Umar radhiyallahu anhu yang kasihan melihat Pendeta, mereka kafir dan kelak akan masuk neraka walau ia mendidikasikan dirinya untuk agama bahkan sampai tidak menikah, dengan tangisan seorang wanita berkerudung di depan Paus yang menangis karena kagum dan haru, yang dilandasi oleh akidah agama pluralisme, tanpa ada pengingkaran dari kekufuran Paus dan agamanya.
(Ibnu Yasin)