Catatan Faisal Lohy:
Iriana meminta maaf jika ada kesalahan yg dilakukan selama 10 tahun mendampingi Jokowi sebagai ibu suri atau the first lady Indonesia.
Banyak tanggapan kontroversial nitizen. Bahkan ada yg mengatakan, 10 tahun berkuasa tapi daya rusaknya 100 tahun.
Dalam hal kekuasaan, determinasi istri terhadap suami dalam menjalankan pemerintahan seringkali terjadi.
Misalnya di Afrika, tepatnya di Uganda. Presiden Yoweri Museveni, dengan kediktatorannya, berhasil terpilih selam 6 kali dan memimpin Uganda lebih dari 30 tahun sejak 1986.
Ia dikenal sangat monopolistik dan otoriter. Namun kediktatorannya tidak lebih arogan dari Istrinya, Janet Museveni yg bahkan sukses mendeterminasi kekuasaan suaminya.
Selain Janet di Uganda, ada pula Leila Ben Ali, Istri presiden Tunisa, Ben Ali yg berkuasa selama 21 tahun dengan sistem kediktatoran, tangan besinya.
Ternyata di belakang Ben Ali, istrinya, Leila dikenal lebih diktator dibanding suaminya.
Sama halnya di Filipina yg dipimpin presiden Ferdinand Emmanuel Marcos selama 21 tahun. Ia dikenal sebagai diktator yg sangat kejam. Ia bahkan tak segan membunuh, melenyapkan nyawa musuh-musuh politik dan masyarakat yg tergabung dalam kelompok oposisi.
Tapi dalam sejarah rakyat Filipina, kediktatoran Marcos tidak lebih kejam dari pada arogansi istrinya, Imelda marcos. Justru dibalik layar, Imelda yg menjadi pembisik utama kekejaman presiden Marcos terhadap rakyat Filipina.
Sejumlah kasus di atas memberi pelajaran, bahwa istri yg mabuk kekuasaan, mendertimasi kekuasaan, bisa mempreteli, mendesak, bahkan mendorong suaminya ugal-ugalan dalam menjalankan pemerintahan.
Catatan pentingnya adalah kebanyakan kasus istri mendominasi kekuasaan, turut campur tangan dalam kediktatoran suaminya, justru berujung tragis.
Apa hubungannya dengan kekuasaan presiden di Indonesia?
Hampir 10 tahun Jokowi memainkan peran yg sangat spekulatif. Di depan layar terlihat sangat santun, merakyat, lemah-lembut. Tapi dibelakang layar merekayasa lahirnya regulasi layaknya diktator.
Jokowi bahkan tidak segan mendorong kolega oligarki, termasuk keluarga dan anak-anaknya menguasai asset milik negara, misalnya di sektor pertambangan untuk kepentingan bisnis dan kekayaan pribadi.
Jokowi bahkan memperalat sistem dan lembaga hukum, merekayasa lahirnya aturan, membajak, menekan sejumlah ketua partai demi suksesi dinasti politiknya dengan cara memasang anaknya, terutama Gibran sebagai wakil presiden. Judulnya adalah membangun Dinasti politik dan bisnis keluarga.
Di belakang itu semua, ada tangan dingin Ibu Negara, yang terlihat lugu di depan publik, tapi menjadi motor utama Dinasti Politik.