Tere Liye: Saya menulis ini sungguh bukan buat nyinyir. Astaghfirullah....


Beban Berat

Saya menulis ini sungguh bukan buat nyinyir. Astagfirullah. Sy menulis ini agar kalian semua teredukasi. Berwawasan sesuai data2. Karena ini tuh penting sekali. Sy tulis 100% berdasarkan fakta2, angka2 versi pemerintah, bukan karang2an sy sendiri. Sy tdk sedang lebai, apalagi bikin hoax.

Tahukah kalian, tahun 2025 nanti, utang Indonesia yang jatuh tempo adalah: 800,33 trilyun. Ditambah beban bunga 552 trilyun, maka total jenderal yang harus dipikirkan oleh presiden baru: 1.352 trilyun.

Itu bahkan belum memikirkan gaji ASN, proyek2 pembangunan, makan siang gratis, dll. Mau apapun itu, tahun 2025, ada 1.352 trilyun duit yang HARUS tersedia untuk bayar utang jatuh tempo dan beban bunga. Dan itu tentu saja solusinya: utang baru. 

Untuk urusan nutup utang jatuh tempo itu sih gampang. Tinggal ganti 'kertasnya' saja. 800 trilyun SBN lama, tukar dgn 800 trilyun SBN baru. Sepanjang yg ngasih utang masih percaya, itu sesimpel memperbarui bilyet deposito. Yang pusing, tentu beban bunganya, karena argo terus berjalan.

Dus, ditambah dengan kebutuhan2 lain, setelah dicocokkan dgn pendapatan negara, target defisit, maka tahun 2025, berapa utang baru (netto, tdk termasuk utk nutup utang lama) yang dibutuhkan presiden? 775,9 trilyun. Angka ini naik 222 trilyun dari outlook utang 2024 yg 'hanya' 553 trilyun. 

Artinya apa? Di tahun pertama pemerintahan baru ini, bola salju utang negara kita langsung membesar. Lagi, lagi dan lagi. Jika pemerintah meneruskan trend ini hingga 2029, maka estimasi biaya bunga tahun tsb bisa diangka 800 trilyun.

Dear rakyat Indonesia,

Indonesia itu benar2 telah masuk dalam situasi gali lubang tutup lubang. Dan akan terus berat, karena utang2 periode Jokowi siapa yg bayar? Pandemi? Iyes, itu memang bikin utang nambah. Tapi tanpa pandemi, adalah fakta periode 2014-2020 awal, pemerintah tetap nambah utang signifikan. 

Pada akhirnya, pertanyaan yg penting buat kita semua adalah: siapa yang akan bayar utang2 ini? Beban bunganya?

Kalian mungkin tidak merasa sih, karena 90% lebih penduduk Indonesia itu memang tidak pernah lapor SPT. 

Tapi dgn fakta2 ini, boleh jadi itu kabar buruk buat kalian, jika pemerintah baru pusing nyari sumber dana, maka satu2nya solusi cepat adalah: pajak. 

Pemerintah bisa agresif sekali mengejar pajak2 ini. PPN bisa dinaikkan jadi 15% di akhir tahun 2029. Menaikkan PPN setiap 1% akan menambah pendapatan 20-40 trilyun (asumsi tdk ada efek kontraproduktif). Asyik kan? Lantas tambahkan dgn mengejar orang2 yg tdk pernah lapor SPT, semua pemilik toko2 online, toko2 fisik, UMKM, sektor informal, dkk, itu bisa signifikan jika pemerintah serius mengejarnya. Perusahaan besar? Mereka sih dikasih tax holiday.

Sementara itu, pemerintah juga bisa mulai mengurangi pengeluaran2 yg tdk cocok dgn janji kampanye mereka. Subsidi BBM misalnya, itu bisa berkurang. Karena kan tdk ada janji BBM gratis. Ada 200 trilyun subsidi ini tahun 2025. Jika tahun2 berikutnya bisa dipangkas 50%, lumayan buat nambah dana utk program lain. Pun untuk urusan biaya sekolah, UKT, dll, ngapain lagi pemerintah ngurusin kampus2? Biarkan saja.

Tahun 2025, jelas tidak akan mudah bagi presiden baru, kabinet baru. Pun bagi pejabat2 hasil pilkada baru. Tapi mau sesusah apapun situasinya, percayalah, pejabat2 akan baik2 saja. Keluarga mereka baik2 saja. Toh, bukan mereka yg akan menanggung semua beban utang. 

Dan asyiknya, jika negara ini kacau, mereka bikin masalah, toh mereka bisa mendadak pergi ke LN saja, kabur. Selesai. Pernah terjadi toh? Besok2 kalau sdh reda, balik lagi, dan rakyat tetap akan memilihnya.

*Tere Liye, penulis novel 'Teruslah Bodoh Jangan Pintar'

Baca juga :