Sedih
Saya sesungguhnya bisa merasakan nasib ojol2 ini. Almarhum bapak saya dulu, salah-satu pekerjaannya adalah sopir angkutan pedesaan. Sy sering menulis ttg nasib sopir ojol. Ikut merasakan susahnya jadi mereka.
Sopir ojol2 ini adalah pejuang. Mereka melewati macet, panas, hujan, omelan pemesan, sanksi aplikasi, dsbgnya, dsbgnya. Komisi, bonus semakin turun, potongan semakin banyak, persaingan semakin ketat. Masa keemasan jadi sopir online sdh berlalu. Ini bukan 8-10 tahun lalu yg sopir ojol bisa bawa pulang 1juta sehari narik.
Ada 4 juta driver ojol ini. Nasib, jumlah kalian ini seolah hanyalah buih di lautan. Tidak berguna.
Kalian demo hari ini, pergi ke Istana Negara, kalian nyadar tidak, saat pilpres kemarin mayoritas dari kalian nyoblos siapa? Termasuk buruh2, dimanapun kalian berada. Pekerja kelas bawah. Karyawan, pegawai level serabutan, dll. Kalian pilih siapa?
Karena lucu loh. Tahu UU Cipta Kerja? Siapa yang buat? Siapa yang akan meneruskannya? Posisi kalian memang tidak dianggap penting. Karena pemerintah lebih love ke pengusaha, investor. Mereka ngasih tax holiday, kemudahan, karpet merah, biru, kuning, semua warna diberikan utuk investor. Kalian? Nggaaak.
Ngapain pemerintah harus mikirin nasib driver ojol sih? Buruh? Memangnya kalian bisa traktir anak2 pejabat naik pesawat pribadi ke AS? Kan nggak. Kalian paling mentok, cuma bisa ngasih tumpangan motor atau mobil. Mending belain investor.
Jadi realistis sajalah, wahai saudara2ku sopir ojol. Nasib kalian jauh sekali dari perhatian pemerintah. Paling, saat bagi2 bansos saja deh kalian disuruh kumpul di depan Istana. Sisanya, silahkan berjuang sendiri. Kerja sendiri. Pikirkan sendiri. Kalau tdk kuat lagi, berhenti jadi sopir ojol. Menyakitkan? Memang.
Dan momen kalian demo sdh terlambat. Pilpres kemarin telah mengunci dengan gagah: UU Cipta Kerja oke! Teruskan, lanjutkan. Kalian sendiri loh yang milih.
Solusi terakhir hanyalah: 4 juta dari kalian bisa bersatu nggak? Karena mau sehebat apapun pemilik Gojek, Grab, Shopee Express, dll sekali kalian berhenti semua, mereka pasti pusing. Nggak mungkin manajemen aplikasi yg bergaji ratusan juta per bulan itu yg narik toh?
*Tere Liye