Catatan Agustinus Edy Kristianto:
Si miskin belum menyendok makanan bergizi gratis dari negara tapi keuntungan GOTO dari program andalan pemerintahan mendatang---yang dilantik juga belum---itu sudah dihitung.
Disebutkan bahwa perusahaan, yang salah satu pemiliknya adalah kakak Menteri BUMN Erick Thohir, yaitu Garibaldi Thohir, itu bakal meraup Rp1,5 triliun/tahun dari program yang anggarannya Rp71 triliun dalam RAPBN 2025 tersebut.
Skenarionya adalah pemesanan makanan gratis dilakukan dari aplikasi, yang artinya bakal ada lonjakan volume pemesanan. Dari situ akan ada tambahan gross merchandise value (GMV) Rp30 triliun. Dari GMV itu diperkirakan ada tambahan pendapatan bersih GOTO Rp1,5 triliun.
Karena volume pemesanan melambung maka dibukalah pendaftaran pengemudi baru, yang tentu saja meningkatkan penjualan motor, asuransi, onderdil dsb yang diproduksi oleh konglomerat otomotif yang salah satunya juga menjadi investor GOTO.
Jika itu berhasil maka, katanya, citra pemerintahan Prabowo-Gibran akan memikat mata investor asing. Indonesia pun jadi pionir program sosial yang full-digital.
Kira-kira begitu dagangannya.
Selain kata-kata, 'aset' utama GOTO adalah lobi penguasa. Maka beberapa pekan terakhir bisa kita simak tebaran iklan CSR GOTO berupa simulasi makan bergizi gratis di beberapa sekolah dasar di Sentul, Surakarta, dan Surabaya.
Kegiatan simulasi dihadiri Wapres terpilih Gibran yang langsung berkata program makan bergizi gratis bakal melibatkan GOTO dan Tiktok. Keduanya sebenarnya berkaitan sebab anak perusahaan GOTO yakni Tokopedia adalah sekutu Tiktok.
Belakangan Erick Thohir berkata ia ingin mempertemukan bos Tiktok dan Youtube dengan Jokowi supaya mereka investasi lebih besar lagi di Indonesia.
Cara main gegenpressing (tekanan tinggi dan kolektif untuk mengarahkan kebijakan pemerintah supaya menguntungkan bisnis) ala Ralf Rangnick dan Juergen Klopp yang diterapkan GOTO itu semakin mudah terbaca dan lama-lama mereka akan kelelahan juga kalau menemui musuh yang cerdik dan bertenaga. Apalagi kalau masyarakat makin banyak yang siuman dan tetiba muak massal melihat kelakuan para pemainnya.
👉Tapi tak selamanya dunia itu enak terus seperti isi Instagram Menteri BUMN. Laporan Keuangan Kuartal II 2024 TLKM (PT Telkom Indonesia) mencatat adanya kerugian Rp6,52 triliun dalam pos kegiatan investasi di Telkomsel atau naik 17,3% dari tahun 2023 yang sebesar Rp5,56 triliun.
Saya duga kuat 80% lebih kerugian itu disumbang investasi Telkomsel di GOTO senilai Rp6,4 triliun pada kurun 2020-2021. Telkomsel membeli saham GOTO di harga Rp266,7 (dibulatkan Rp270) dan saat ini amblas di kisaran Rp50.
Uang Telkomsel menguap sekira Rp5,2 triliun di GOTO. Karena Telkomsel dikendalikan Telkom (70%, sisanya 30% Singtel) maka kerugian itu pun 'merusak' buku Telkom.
Bagaimana semua itu bisa terjadi? Mengapa Rp6,4 triliun diinvestasikan di perusahaan yang merugi terus? Bukankah Rp6,4 triliun lebih bermanfaat untuk membiayai makan bergizi orang miskin? Apakah tidak ada pengawasan dari dewan komisaris?
Ya, di situlah 'indahnya' gegenpressing. Selain dugaan konflik kepentingan Menteri BUMN dan bisnis kakaknya itu, terdapat pula dugaan yang sama, sebab Presiden Komisaris Telkomsel Wishnutama Kusubandio merangkap pula sebagai Komisaris GOTO.
So, ketimbang sok digital memesan dan memantau menu makan bergizi gratis dari aplikasi yang hitungannya untung Rp1,5 triliun/tahun, lebih baik duitnya kasih ibu-ibu PKK atau pengurus wilayah se-Indonesia.
Akan lebih bermanfaat lagi jika dugaan skandal investasi Telkomsel di GOTO Rp6,4 triliun itu diusut, selain untuk memidanakan pelaku juga untuk mengembalikan kerugian keuangan negara, yang jika berhasil bisa kita berikan lebih banyak lagi kepada masyarakat miskin.
Tinggal pilih saja: negara ini mau memajukan kesejahteraan umum atau kesejahteraan pemilik/investor GOTO yang terbanyaknya badan hukum asing itu?
Salam.
(fb)