[Terjemahan Thread by Thalhah Ahmad]
◼Penunjukan Sinwar sebagai kepala biro politik, setelah pembunuhan Haniyeh, mungkin mengejutkan banyak orang, namun ini adalah keputusan strategis yang didasarkan pada realitas keamanan dan politik di wilayah tersebut dan sekitarnya.
◼Ketika Hamas merencanakan operasi Banjir Al-Aqsa (7 Oktober), Hamas tahu bahwa ini adalah manuver strategis yang memiliki implikasi jangka panjang yang serius, dan tidak akan ada kemungkinan kembali terjadi setelahnya (point of no return). Salah satu implikasinya adalah berakhirnya pemulihan hubungan dengan Barat dan Teluk melalui biro politik. Terutama ketika salah satu tujuannya adalah untuk menghalangi normalisasi Arab-Israel yang didukung AS dan tidak memiliki kepentingan bagi Palestina.
Pragmatisme eksternal tidak lagi memberikan manfaat apa pun dalam dinamika regional yang terus berubah. Sekarang hanya satu paket: "Anda bersama kami atau melawan kami".
◼Israel telah gagal mencapai salah satu tujuannya di Gaza:
1. Menghancurkan Al-Qassam.
2. Menangkap atau membunuh Yahya Sinwar — otak utama serangan 7 Oktober.
3. Menyelamatkan para sandera.
Netanyahu telah lari dari kenyataan pahit kegagalan ini dan berusaha mencari "kesuksesan" di tempat lain selain di Gaza.
Pembunuhan di Beirut (Saleh Arouri) dan Teheran (Haniyeh) dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian masyarakat lokal dan internasional dari kegagalan IDF (miilter Israel) di Gaza.
◼Penunjukan Sinwar dimaksudkan untuk mengembalikan medan ke Gaza. Sudah pasti Israel akan membunuh pemimpin Hamas berikutnya. Hal ini telah membatasi pilihan Israel dan membawa perang dari Teheran & Beirut kembali ke Gaza.
◼Sinwar, sebagai otak Banjir Al-Aqsa, mempunyai dampak psikologis yang serius pada warga Israel. Pengangkatan Sinwar sebagai pemimpin Hamas mengingatkan mereka (warga Israel) bahwa mimpi buruk masih terjadi, dan perang di Gaza akan sia-sia dan masih jauh dari selesai.
◼Sinwar memiliki hubungan baik dengan “Poros Perlawanan” Iran, yang mungkin membantunya mempengaruhi mereka untuk mengadopsi pendekatan yang lebih agresif, terutama jika terjadi dampak yang meluas. Selain itu, hal ini telah membuka kemungkinan masa depan Hamas beroperasi dari Lebanon dan Suriah.
◼Apa yang kebanyakan orang lupa adalah bahwa selama bertahun-tahun, Sinwar telah mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan lembaga keamanan Mesir, terutama yang berkaitan dengan keamanan Sinai dan Rafah, dengan pasukan Israel yang masih menduduki perbatasan, hal ini juga mengirimkan sinyal ke Mesir.
◼Hamas telah mengadopsi radikalisme internal dibandingkan pragmatisme eksternal. Dalam keadaan perang, Hamas mengupayakan kerja sama militer, bukan kerja sama diplomatik atau politik. Penunjukan Sinwar juga dilakukan dengan latar belakang suara-suara yang mendukung pengerahan "Pasukan Eksternal" di Gaza.
◼Pendekatan politik Sinwar akan berbeda. Retorika Hamas akan menjadi agresif dengan tujuan memobilisasi masyarakat Arab agar turun ke jalan-jalan, yang tidak akan diterima dengan baik oleh rezim-rezim Arab, yang bagi para pemimpin lainnya akan sulit untuk menyesuaikan diri.
◼Namun demikian, kemungkinan besar tokoh-tokoh Hamas yang sekarang berada di luar Gaza akan diumumkan sebagai Wakil untuk menangani urusan di luar Gaza dan Sinwar lah yang akan mengambil keputusan sebenarnya.
◼Kini, jalan Netanyahu menuju "kemenangan mutlak" harus melewati Sinwar. Entah itu kemenangan mutlak atau kekalahan mutlak.
(dari twit @talhaahmad967)
Sinwar as Head of Hamas Political Bureau [Thread]
— Talha Ahmad (@talhaahmad967) August 6, 2024
The appointment of Sinwar as head of political bureau, after the assassination of Haniyeh, might be surprising for many, but it is a strategic decision based on the security and political realities of the region and beyond. -1/n