Dalih Bisa Dibuat-buat, Tapi Tidak Dengan Isi Hati
Konsistenlah pada ide dan gagasan, seloroh Fahri Hamzah pada kami, teman-temannya, suatu waktu, dalam obrolan santai di lantai 3 basecamp dekat rumah beliau, sambil menikmati aneka hidangan makanan khas Arab.
Fahri Hamzah seakan tahu kegelisahan kami, bahwa meniti "jalan baru" ini memang tak akan mudah. Semua yang kita lakukan akan dimaknai sebagai "penyimpangan" oleh orang-orang yang pernah menjadi kawan di masa lalu. Dijadikan alasan dan bahan cacian.
Sebut saja ketika Fahri Hamzah makan durian bersama Bobby Nasution, menantu Jokowi, pada Pilkada 2020 lalu. Partai Gelora memang mendukung Bobby, bahkan tercatat Fahri berkali-kali datang khusus ke Medan untuk memastikan kemenangan menantu Presiden itu.
Foto epic makan durian itu tersebar, lalu dibumbui penghinaan teramat menyakitkan (menurut saya waktu itu) kepada Fahri Hamzah yang dilontarkan oleh kawan-kawan di partai lamanya.
Lalu hari ini, kawan-kawan partai lama Fahri Hamzah itu justru mengusung Bobby untuk maju pilkada Gubernur Sumatera Utara. Dan sudah beberapa hari ini jurus-jurus pembenaran disebar.
Serta tak lagi saya temui orang yang dulu mencaci Fahri Hamzah waktu makan durian itu juga melakukan cacian yang sama pada pemimpin partainya saat ini.
Maka, menjadi benarlah apa yang selalu Fahri Hamzah ulang-ulang pada kami; "tetaplah konsisten pada ide dan gagasan".
Ide dan gagasan itu akan terus hidup sepanjang masa, dicatat oleh waktu, dikekalkan dalam timeline sosial media atau tulisan-tulisan.
Kita barangkali bisa menyusun dalih pembenaran atas perubahan sebuah sikap, tetap tidak dengan isi hati. Bahkan, tidak bisa juga membohongi Tuhan.
Menjadi manusia dengan ide dan gagasan memang tak selamanya menyenangkan. Kadang disalah pahami, tapi suatu saat bersamaan dengan berlalunya waktu, akan menemukan pembenarannya sendiri.
(Oleh: Agus Cuprit)
*fb penulis