[PORTAL-ISLAM.ID] Kunjungan Menlu Turki, Hakan Fidan ke Mesir kemarin menimbulkan banyak tanda tanya, khususnya karena Fidan langsung berkunjung ke perbatasan Rafah dan seaport Al Arish, sebelum bertemu penguasa Mesir, Abdel Fattah Al Sisi. Baru hari ini Fidan bertemu Al Sisi di kota El Alamein.
Dalam jumpa pers Fidan mengatakan secara terus terang dan tanpa basa-basi, “Kunjungan saya ke pelabuhan Al Arish bukan untuk membicarakan bantuan Turki, namun untuk menarik perhatian opini publik dunia terhadap genosida yang sedang terjadi di Gaza.”
Melalui akun X nya, Fidan mengatakan, “Penutupan perbatasan oleh Israel, penargetan konvoi bantuan, pembunuhan pekerja kemanusiaan, pencegahan evakuasi orang sakit dan warga sipil, serta rusaknya ribuan truk bermuatan bantuan, merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang termasuk dalam kejahatan genosida yang dilakukan Israel di lapangan.”
Itu informasi yang ada di media terkait kunjungan Fidan ke Mesir, dan pertemuannya dengan presiden Al Sisi serta Menlu Badr Abdelatty juga tidak terlalu “signifikan”, pembicaraan (yang dipublikasi) sebatas konstelasi Polkam di kawasan serta hubungan bilateral kedua negara.
Terlepas kunjungan tersebut terkait dengan Gaza, sepertinya memang Fidan ke Cairo untuk melakukan 'final touch' sebelum kunjungan Presiden Al Sisi ke Turki. Kunjungan yang kita harapkan dapat menjadi penyembuh atas luka masa lalu.
Apapun langkah untuk pemulihan hubungan Mesir-Turki harus disambut baik karena Mesir dan Turki merupakan pemain penting di kawasan. Banyak pengamat meyakini jika Mesir, Turki, dan Iran dapat duduk satu meja dan menyepakati satu “lauk” yang sama, maka konflik-konflik yang sedang terjadi di kawasan akan dapat diselesaikan, mulai dari Yaman, Sudan, Suriah, Libya, Irak, bahkan Ethiopia. Bagaimanapun, besar harapan tertumpu pada 3 negara itu demi masa depan kawasan yang lebih stabil dan kondusif.
Kita juga berharap Turki dapat mengambil sikap yang praktis dan tegas terhadap Israel. Yaman telah membuktikan bahwa letak geografis bukanlah halangan untuk mendukung perjuangan Palestina. Yaman adalah negara yang paling jauh dari Israel, namun Yaman punya peran krusial dalam perang Gaza setelah Lebanon, ini adalah fata yang tidak bisa dibantah.
Harapan kita juga kunjungan Menteri Luar Negeri Turki ke Al-Arish yang tidak hanya sekedar untuk mengirim bantuan, karena Turki dan Mesir punya kapasitas dan kemampuan memaksa Israel untuk membuka jalur penyampaian bantuan kepada masyarakat Gaza, jika Turki dan Mesir mau!
Kunjungan Mantan Kepala Intelijen Turki itu ke Rafah dan Al Arish juga dinilai sebagai pesan yang kuat kepada Zionis, terutama setelah Menteri Luar Negeri Israel menghina Presiden Erdogan dan mengancam nasib Presiden Erdogan akan berakhir seperti Presiden Irak Saddam Hussein!
Ada satu hal yang menarik dalam kunjungan Menlu Turki ke Rafah, dan mungkin menimbulkan tanda tanya besar, selama di Rafah Menlu Turki hanya didampingi oleh Gubernur Sinai, Mayjen. Khaled Megawer. Bisa jadi karena sensitifnya kunjungan Menlu Turki ke dua kota strategis tersebut di tengah suasana yang sedang memanas, seolah-olah Mesir mengatakan, “Aku tidak ikut-ikutan dalam kunjungan yang berisi pesan-pesan tersembunyi itu…...”
(Saief Alemdar)