Dear rakyat Indonesia,
Hari ini, anak-anak kalian, lulus kampus top, seperti UI, UGM, ITB, IPB, UB, Unair, ITS, dkk, lulus dengan IPK cumlaude, 3,5 ke atas. Hanya untuk kemudian berbulan2 nganggur, bertahun2 tidak dapat kerjaan, maka jangan berkecil hati. Buanyak temannya.
Atau kalaupun akhirnya dapat kerjaan, hanya jadi buruh, atau pegawai/karyawan yg tidak cocok dgn pendidikannya, digaji di bawah UMP, maka jangan berkecil hati. Juga buanyaaak temannya.
Itu betul, di luar sana, juga ada anak2 yg lulus langsung kerja, dapat gaji tinggi, di tempat bagus, mulai meniti karir keren. Tapi itu bukan mayoritasnya, daaaan itu bukan anak2 kamu.
Indonesia itu dalam masalah serius sekali soal ini. Saat kelas menengah, anak2nya yg kuliah susah payah dgn UKT mahal, lulus, eh, susah dapat pekerjaan pula, atau dapat kerjaan dgn gaji jelas dibawah UKT-nya dulu.
Apa sih yang terjadi di sini? Simpel. Pertumbuhan ekonomi yg 5% per tahun itu tidak cukup untuk membuat lapangan pekerjaan berkualitas bermunculan. Dan lebih kacaunya lagi, 5% itu yang tumbuh siapa dulu? Kelompok atas, pemilik modal, golongan2 elit. Pendapatan perkapita naik, sebentar, yg naik siapa? UMP di penjuru Indonesia, 95% masih di bawah 5 juta per bulan. Mayoritas hanya berkutat di angka 2-3 juta. Realitas di lapangan, lebih nelangsa lagi.
20 tahun terakhir, kita itu stuck, di situ2 saja. Sementara negara tetangga, menikmati gaji puluhan juta per bulan. Pendapatan per kapita ratusan juta, bahkan milyaran, B saja gitu loh. Termasuk negara2 yg penduduknya 4x lipat dibanding kita. Mereka bisa begitu.
Jadi, jika anak2 kalian, berpendidikan tinggi susah cari kerja, itulah realitasnya. Nggak usah ngeluh. Toh, kita semua yg mau begini.
Kitalah yang justeru sebaliknya, membiarkan anak orang lain yg nggak jelas kuliah di mana, masuk ranking 1000 kampus dunia saja nggak, dgn IPK nyungsep, bisa jadi pemimpin. Kitalah yg membiarkan politisi2 dgn pendidikan nggak jelas memimpin. Silahkan comot sembarang nama, 90% politisi di Indonesia itu, pendidikannya jelas lebih bagus anakmu.
Sayangnya, anakmu nggak jadi apa2.
(By TERE LIYE)