Oleh: Fathi Nasrullah
Apa yang saya perjuangkan di Afghanistan ini? Sampai rela berbulan-bulan ninggalin anak istri.
Bukannya kerja cari nafkah, malah uang jualan madu yang kepake. Bukan cuma untungnya tapi sama modal2nya sekalian 😅.
Pendapat saya subyektif. Bener buat saya, belum tentu buat orang lain. Yah tiap orang punya jalan pikiran, Jalan hidup, Dan prioritas masing2.
Yang jelas prioritas hidup saya adalah nyemplung dalam amal jama'i. Amal bersama ummat Islam.
Terlibat aktif dalam kegiatan besar. Di mana Islam memanggil ummatnya untuk hadir secara nyata. Dengan jiwa raga atau harta.
"Emang ada apaan di Afghanistan?"
Kalo ditanya gitu saya juga bingung jawabnya 🤣. Secara ga tau juga ada apaan persisnya di sini.
Tapi pastinya saya ke Afghanistan karena Palestina.
Karena sejak 2008 hingga hari ini terlibat aktif dalam isu2 Palestina, Saya jadi paham apa yang sesungguhnya terjadi di sana.
Siapa saja pemainnya. Apa yang mereka pikirkan. Bagaimana cara mereka bermain. Strategi masing2 pihak. Serta bagaimana akhir dari isu tersebut.
Saya memulai langkah pertama dengan terlibat berbagai lembaga kemanusiaan yang punya concern Palestina.
Aktif membantu mereka tanpa sepeserpun rupiah didapat bahkan keluar modal banyak. Cuma karena yakin ini bagian dari perjuangan.
Meski demikian, Saya sepenuhnya paham dan yakin Palestina tidak akan pernah dibebaskan dengan jalan diplomasi apalagi kemanusiaan.
Palestina hanya akan bebas dengan kilatan pedang.
Dan seluruh konflik dunia Islam yang terjadi hari ini, akan bermuara di Palestina.
Maka kita harus mempersiapkan diri. Melakukan segala cara mendukung mereka. Baik secara langsung maupun dengan jalan memutar.
Yang populer maupun terlupakan.
Dan Afghanistan adalah jalan langsung, Menuju Palestina, Yang dilupakan ummat Islam.
Tapi kita harus memulai semua pergerakan dengan satu pengakuan. Bahwa kita ini lemah.
Dari situ akan didapat pertanyaan: "Lalu bagaimana memperkuat diri?"
Jawabannya hanya satu:
Dengan bersatu.
Tapi ada pertanyaan lagi;
"Siapa yang akan mempersatukan kita? Yang akan kita kita angkat sebagai pemimpin?".
Tentu bukan seekor domba. Melainkan sosok singa perkasa yang tangguh tanpa tanding.
"Saat ini, Di dunia Islam, Siapa sosok singa tersebut?"
Siapa lagi kalau bukan Afghanistan (Imarah Islam Afghanistan)?
Masalahnya saat ini Afghanistan masih lemah, akibat 45 tahun perang melawan 2 imperium dunia:
Uni Soviet, disusul 52 negara NATO di bawah pimpinan Amerika.
Luka2 mereka masih mengalirkan darah. Dan tulang mereka masih patah di seluruh bagian.
Yang menakjubkan dari Afghanistan adalah, meski belum sepenuhnya pulih dari luka, tapi mereka sama sekali tidak trauma.
Begitu musuh dikalahkan, mereka langsung menyiapkan diri dan memandang jauh ke Palestina.
Dalam lubuk hati setiap orang Afghanistan yang saya temui, Ada perasaan bahwa "Palestina adalah tujuan Allah menciptakan Afghanistan dan menempa mereka dengan dahsyatnya penderitaan peperangan".
Afghanistan sepenuhnya meyakini merekalah yang dimaksud dalam hadits "Raayatus Sauda min Khurasan" (Pembawa panji hitam dari Khurasan yang akan membebaskan Palestina).
Maka itu saya datang ke Afghanistan. Membawa setetes air dari sejumlah lautan yang mereka butuhkan.
Barangkali dengan setetes air itu Allah akan catat dan sertakan saya dalam pasukan pembawa panji hitam.
Saya ke sini untuk ambil bagian dari perjalanan panjang ummat Islam menuju Palestina.
Dengan sedikit mengobati luka dari bangsa yang akan memimpin ummat Islam di akhir zaman ini.
Luka mereka menyata dalam segala bidang. Kehancuran pada semua lini kehidupan.
Ekonomi mereka hancur
Pendidikan mereka hancur
Diplomatik mereka hancur
Seluruh sektor dunia mereka hancur.
Tak ada yang tersisa dari dunia mereka.
Hanya akhirat dan keimanan bangsa Afghanistan yang makin mengkilap, ditempa dipoles beragam derita dan pertempuran.
Segala kepahitan hidup yang terjadi membuat mereka semakin siap menghadapi apapun yang menghadang pada perjalanan menuju Palestina.
Maka untuk itulah saya datang ke Afghanistan.
Bergabung dalam kafilah para petarung menuju Palestina.