[PORTAL-ISLAM.ID] Diam-diam Anies Baswedan pernah dipanggil elite Gerindra. Bukan untuk diajak tengkar, tapi ditawari kursi menteri, asalkan dia mau mundur dari pencalonan di Pilkada Jakarta.
Rupanya, Anies masih dianggap ancaman serius. Jadi, daripada susah-susah melawan Anies di pilkada, lebih baik dicegat di awal. Kalau tak bisa dicegat, ya dijegal.
Bila tak begitu, menurut sumber-sumber di elite KIM, Anies—yang elektabilitasnya paling tinggi di Jakarta—bakal menang, punya panggung politik lagi, sehingga akan terus berada dalam spotlight. Pada akhirnya, ia berpotensi kembali menjadi penghalang Prabowo di Pilpres 2029 kelak. Padahal Prabowo dan partainya sudah memasang target untuk memerintah dua periode.
Jegal-menjegal tak cuma berlaku untuk kandidat calon, tapi juga partai pengusungnya. Sikap Golkar yang tak mau mengalah dari Gerindra di sejumlah pilkada berujung ke terjungkalnya sang pimpinan partai. Airlangga Hartarto yang dianggap tak kompak dan membahayakan keutuhan koalisi Prabowo akhirnya melepas posisi Ketua Umum Partai Golkar.
Ketua DPP NasDem Effendi Choirie menilai bahwa pelbagai peristiwa dan keputusan politik di seputar pilkada kali ini, termasuk Pilkada Jakarta, diambil berdasarkan kemauan elite ketimbang aspirasi rakyat. Gus Choi menyebutnya sebagai “persekongkolan elite” yang menghasilkan “tsunami politik”.
Mengapa road to Pilkada 2024 jadi sedramatis ini? Ada apa di baliknya? Seperti apa bujukan, rayuan, dan tekanan yang menghampiri partai-partai Koalisi Perubahan yang sebelumnya hendak mengusung Anies? Dan benarkah Airlangga ditekan dengan kasus hukum?
Selengkapnya dalam Lipsus “Anies Dijegal, Airlangga Terjungkal” di kumparan.
👇👇
Diam-diam Anies Baswedan pernah dipanggil elite Gerindra. Bukan untuk diajak tengkar, tapi ditawari kursi menteri, asalkan dia mau mundur dari pencalonan di Pilkada Jakarta. Rupanya, Anies masih dianggap ancaman serius. Jadi, daripada susah-susah melawan Anies di pilkada, lebih… pic.twitter.com/SYW9gOELkV
— kumparan (@kumparan) August 13, 2024