Anies Baswedan vs Yang Yang

Anies Baswedan vs Yang Yang

Oleh: Mila Machmudah Djamhari

Ketika Anies Baswedan dikalahkan Gibran secara logika politik bisa dipahami karena politik adalah seni berkuasa. Siapa pun di dalam politik maka dia harus memiliki ambisi untuk berkuasa terlepas bagaimana visi dan misinya. Tidak ada makan siang gratis atau tidak ada teman sejati di politik itulah logika politik. Segala sumber daya apakah salah dan benar adalah benar di dalam logika politik untuk mendapatkan kekuasaan.

Anies Baswedan pun berambisi untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara yang secara logika politik adalah sulit karena AB berpolitik tanpa bersedia menjadi kader partai. Seorang Ridwan Kamil saat berpolitik mendapatkan kekuasaan sebagai Walikota Bandung dan Gubernur Jabar serupa dengan AB tanpa menjadi kader partai. Hari ini, saat RK ingin mendapatkan kekuasaan sebagai Gubernur DKI akhirnya jauh hari telah terdaftar sebagai kader Golkar.

Hari ini kembali harus kita terima kekalahan AB untuk mendapatkan kekuasaan sebagai Gubernur DKI 2024 setelah kalah dalam pertarungan Pilpres 2024. 

Semua orang tahu bila AB di pilkada 2024 menang, maka dia adalah bakal capres 2029 terkuat. Sesuatu yang sudah pasti tidak diinginkan semua partai. Membunuh sebelum pertandingan di dalam logika politik adalah sah. Itulah politik. Membunuh atau terbunuh adalah realita.

"Logika Politik" tentunya berbeda dengan "Etika Politik". Etika politik adalah seni berkuasa atas dasar kebenaran dan keadilan dalam tatanan nilai-nilai spiritual dan moralitas. Kita bahkan hampir di seluruh dunia etika politik sesuatu yang hil mustahal. Ketika seluruh survey elektabilitas untuk pilkada DKI 2024 berbunyi warga DKI memilih AB dan logika politik AB terbunuh sebelum bertanding itulah fakta dan realita yang harus kita terima. Dengan segala cara dan sumber daya dikerahkan untuk mengganjal AB maju sebagai kontestan. Salah sendiri AB tidak maju lewat jalur independen. Pilpres dan Pilkada DKI 2024 adalah seni berkuasa yang tidak beretika. PARADOKS...

Kekalahan AB bagi saya bukan akhir dunia, karena bagi AB kalah, dalam berpolitik adalah hal yang sangat dipahami sebagai sebuah konsekuensi. Pertandingan apapun di ujungnya adalah Kalah atau Menang. Secara logika tentu saja saya siap menang dan siap kalah. Memperjuangkan sesuatu yang terbaik adalah kewajiban sampai di titik kalah atau menang.

Kekalahan AB (meski masih ada potensi sebelum penutupan pendaftaran paslon) sedikit membuat saya patah hati pada dunia politik di Indonesia. AB cuma manusia biasa yang menurut saya lebih baik dari yang lain tapi apalah daya ini bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia. Saya patah hati lagi dan lagi dalam berpolitik di Indonesia ini... 

Dan... obat patah hati terbaik adalah jatuh cinta lagi... Akhirnya saya memilih jatuh cinta pada Yang Yang... Ketika realita menyakitkan hati maka dunia mimpi yang indah dapat menjadi obat... menghibur hati yang patah... Untung ada Yang Yang yang cukup ganteng dan apik di drama Firework of My Heart... yang tanggal lahirnya sama dengan tanggal lahir salah satu mantan presiden RI... 9 September... 

Wassalam Pilkada... welcome ulang tahun Yang Yang ke-33... 9 September 2024... he he he...

(*)
Baca juga :