AKHIR HAYAT "SEBURUK-BURUK" SHAHABAT
Ketika Abdullah bin Umar mendengar Hajjaj bin Yusuf (Panglima perang/Menteri pertahanan Khalifah Abdul Malik bin Marwan) berhasil memadamkan perlawanan shahabat Abdullah bin Zubair bin Awwam, cucu Abu Bakar Ash Shiddiq, putra dari Asma' binti Abu Bakar, beliau bergegas menuju jenazah Abdullah bin Zubair yang disalib oleh Hajjaj. Beliau berkata:
السلام عليك أبي خبيب أما والله إن أمة أنت شرّها لنعم الأمة
"Semoga keselamatan atasmu wahai Abu Khubaib (Abdullah bin Zubair), sungguh alangkah luar biasanya umat yang orang terburuknya adalah engkau."
Beliau mengatakan hal ini sebagai sindiran halus kepada para pengikut setia Hajjaj yang menggelari Abdullah bin Zubair dengan sebutan seorang atheis, munafik dan sebutan yang sangat buruk lainnya.
Sementara itu Hajjaj bin Yusuf bertanya kepada Asma' binti Abu Bakar tentang putranya:
"Apa pendapatmu tentang perbuatanku mengeksekusi putramu?"
Asma binti Abu Bakar Ash Shiddiq menjawab:
رأيتك أفسدت عليه دنياه، وأفسد عليك آخرتك
"Aku lihat engkau telah menghancurkan dunianya, sedangkan ia telah menghancurkan akhiratmu."
(Mukhtashor tarikh Dimasq 2/158)
Inilah akhir hayat salah satu shahabat paling mulia yang gugur syahid melawan penguasa zhalim, Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqofi.
***
Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi:
“Al-Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan tahun 95 Hijrah dalam keadaan tua, dan dia adalah seorang yang zhalim, bengis, naashibi (pembenci Ahlul Bait), keji, suka menumpahkan darah, memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, dan kelicikan, kefasihan, ahli bahasa, dan kecintaan terhadap Al-Qur'an. Aku (Imam Adz-Dzahabi) telah menulis tentang sejarah hidupnya yang buruk dalam kitabku At-Tarikh al-Kabir, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu az-Zubair (Abdullah bin Zubair bin Awwam) dan Ka’bah, serta perbuatannya melempar Ka’bah dengan manjaniq, penghinaannya terhadap penduduk Al-Haramain (Mekkah Madinah), penguasaannya terhadap Irak dan wilayah timur, semuanya selama 20 tahun. Juga peperangannya dengan Ibnul Asy’ats, sikapnya melambat-lambatkan menunaikan salat, sehingga Allah mematikannya, maka kami mencelanya, dan kami tidak mencintainya, sebaliknya kami membencinya karena Allah.” — Siyar A’lam An Nubala’, 4/343
Al-Hafizh Ibnu Katsir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian menjadi khalifah beberapa tahun berikutnya, berkata:
“Aku tidak sedikitpun merasa iri terhadap Al-Hajjaj si musuh Allah itu, kecuali terhadap sikapnya yang cinta kepada Al-Qur’an dan sikap pemurahnya terhadap ahli al-Qur’an, serta ucapannya sebelum meninggal, “Ya Allah ampunilah aku, sesungguhnya manusia menyangka bahwa Engkau tidak bertindak.” — Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9/158)