4 Faktor Penunjukkan Yahya Sinwar Sebagai Pemimpina Hamas

Mengapa Hamas Menunjuk Yahya Sinwar Sebagai Kepala Biro Politik?

Oleh: Pizaro Ghozali Idrus*

Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, pada Selasa malam (6/8/2024) resmi menunjuk Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik yang baru usai gugurnya Ismail Haniyeh di Teheran, Iran.

Penunjukkan Sinwar sekaligus mengakhiri spekulasi sejumlah nama yang dianggap akan mengisi tampuk Kepala Biro Politik Hamas seperti Khaled Meshal (Mantan Kepala Biro Politik), Sami Abu Zuhri (Kepala Departemen Politik di Luar Negeri), Musa Abu Marzouk (Wakil Kepala Biro Politik), dan Khalil Al-Hayya (Wakil Kepala Biro Politik).

Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan bahwa Sinwar dipilih dengan suara bulat sebagai pemimpin baru gerakan. Osama menambahkan bahwa Sinwar selalu terlibat dalam negosiasi untuk gencatan senjata dengan ‘Israel’.

Sinwar adalah pemimpin Hamas yang paling dicari ‘Israel’ karena dianggap sebagai master mind perang Brigade Izzudin Al Qassam serta dinilai mendalangi serangan 7 Oktober.

Berkat racikan perangnya, Al Qassam mampu meladeni genosida penjajah yang memasuki bulan kesepuluh dan menjadi batu ganjalan utama penjajah ‘Israel’ dalam melumpuhkan Gaza.

Siapakah Yahya Sinwar?

Sepanjang hidupnya Sinwar menjadi tokoh Hamas yang rutin keluar masuk penjara penjajah Zionis sepanjang periode 1980an sebagai perjuangannya memerdekakan Palestina.

Pada 1982, selagi masih menjadi mahasiwa Universitas Islam Gaza, Sinwar ditawan penjajah ‘Israel’ dan menghabiskan empat bulan masa penahanan, yakni penahanan tanpa dakwaan atau sidang. Penahanan pejuang kemerdekaan Palestina kelahiran 1962 itu terjadi karena keterlibatannya secara langsung dalam pembangunan universitas dan aktivitas-aktivitasnya dengan serikat mahasiswa.

Pada tahun 1985, Sinwar kembali ditangkap penjajah Zionis dan mendekam delapan bulan dalam penjara. Ia dituduh berperan dalam mendirikan agen intelijen Hamas bersama dengan pemimpin-pemimpin senior Hamas Ibrahim Al-Maqadmeh dan Ahmed Al-Maleh. Tiga tahun kemudian Sinwar ditawan lagi dengan penahanan administratif.

Pada 1989, usai penyelidikan panjang terhadap pembunuhan kaki tangan penjajah yang memata-matai warga Palestina yang terlibat dalam intifadhah pertama pada Desember 1987, Sinwar didakwa dan divonis empat hukuman seumur hidup.

Sinwar bebas dari penjara penjajah Zionis pada tahun 2011 setelah 23 tahun mendekam di penjara penjajara lewat kesepakatan pertukaran tawanan 1.047 warga Palestina dengan kopral ‘Israel’ Gilad Shalit.

Rekam jejak sebagai pemimpin tawanan saat pertukaran tawanan, membantu menaikkan popularitasnya di antara para anggota Hamas, khususnya mereka yang berada di sayap militer.

Jabatan Al-Sinwar membuat sejumlah pengamat 'Israel' menggambarkan ia berubah dari “tawanan nomor satu bagi ‘‘Israel’’ menjadi musuh nomor satu 'Israel’.

Dalam Operasi Taufan Al Aqsha, Sinwar mengatakan Brigade Al-Qassam telah terlibat dalam pertempuran sengit yang belum pernah terjadi sebelumnya melawan pasukan penjajah ‘Israel’, yang menimbulkan kerugian besar pada serdadu ‘Israel’. Dia juga mengatakan bahwa pasukannya tidak akan tunduk pada persyaratan penjajah Zionis.

Menurut survei Pusat Survei dan Penelitian Kebijakan Palestina (PCPSR), yang dilakukan antara tanggal 5-10 Maret, meskipun ‘Israel’ terus melakukan genosida di Gaza, sebanyak 70 persen responden mengatakan mereka puas dengan peran yang dimainkan Hamas selama perang berlangsung, 61 persen juga menyetujui peran yang dimainkan oleh Yahya Sinwar.

Ini menjadi bukti bagaimana sosok Sinwar di mata warga Palestina. Dia dianggap hadir dan mewakiliki bangsa Palestina mengusir penjajahan.

Empat faktor penunjukkan Sinwar

Ada beberapa faktor mengapa Hamas menunjuk Sinwar. Pertama, Hamas membutuhkan pemimpin berkharisma yang setara dengan Haniyeh dan memiliki pengalaman panjang menghadapi ‘Israel’. Nama Sinwar sudah tidak asing dalam tampuk kekuasaan Hamas. Ia adalah orang yang sangat dekat dengan pendiri Hamas Syekh Ahmad Yassin, ideolog Hamas dan sangat mengerti apa yang harus dilakukan Hamas di lapangan.

Pada tahun 2017, Sinwar pun ditunjuk sebagai Kepala Hamas di Gaza menggantikan Ismail Haniyeh yang naik ke tampuk kepala Biro Politik Hamas, yang menunjukkan kapasitas kepemimpinan Sinwar.

Kedua, Sinwar selama ini adalah orang yang paling banyak terlibat langsung dalam negosiasi gencatan senjata dengan ‘Israel’. Sinwar dikenal sebagai pemimpin yang tidak mau tunduk terhadap persyaratan-persyaratan ‘Israel’ dalam negosiasi dan berhasil menekan ‘Israel’.

Setelah bebas tahun 2011 dari penjara kolonial ‘Israel’, Sinwar sudah menyampaikan pidato bahwa dirinya berjanji akan bekerja keras demi kebebasan seluruh tawanan Palestina di dalam penjara-penjara ‘Israel’.

Pada Juli 2016, Sinwar terpilih untuk bertanggung jawab atas tawanan ‘Israel’ yang ditawan oleh Brigade Al-Qassam di Jalur Gaza. Tanggung jawabnya termasuk memimpin setiap negosiasi untuk pembebasan mereka.

Ketiga, Sinwar merupakan otak pertahanan Hamas di Gaza. Dia telah mengembangkan taktik perang gerilya, serangan 0 meter, kekuatan sniper, dan lain sebagainya. Sinwar menghabiskan sepanjang waktu di Gaza untuk memimpin perang dan dianggap sebagai pemimpin masa depan Hamas. Dengan perang yang telah berekspansi pada skala regional, Hamas memerlukan security leader yang mampu menerjemahkan aspek strategis dan kewasapadaan.

Tentu ini akan menjadi tugas ganda bagi Sinwar, karena dia juga harus menjalankan fungsi diplomatik Hamas, mengembangkan jaringan internasional, dan negosiasi global Hamas. Sebuah tuntutan yang akan membawanya keluar dari Gaza menuju Doha (Qatar).

Keempat, terpilihnya Yahya Sinwar menjadi pesan ke ‘Israel’ dan negara-negara Barat bahwa Hamas tidak akan menghentikan perlawanan. Sinwar adalah orang yang sejak lama tumbuh dalam perlawanan di lapangan. Sejak usia 19 tahun, dia sudah ditangkap ‘Israel’ akibat konsolidasi perlawanan terhadap penjajahan. Pasca gugurnya Haniyeh, Hamas menegaskan bahwa kebijakannya tidak berubah. Api perlawanan tidak akan padam.

Hadiah perlawanan bagi ‘Israel’

Lahirnya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik Hamas yang baru, akan semakin menyulitkan ‘Israel’. Di tengah tekanan yang kuat dan fakta-fakta banyaknya tentara mereka yang tewas. Media ‘Israel’ Yedioth Ahronoth melaporkan pada Senin (5/8) lalu bahwa sekitar 10 ribu tentara ‘Israel’ tewas dan terluka akibat pertempuran selama berbulan-bulan di Jalur Gaza.

Secara berkala, Al Qassam merilis tentara-tentara ‘Israel’ berjatuhan dalam pertempuran di Gaza di tengah senyum para sandera yang keluar dari Gaza dan cerita-cerita humanis mereka selama disandera.

Kini, Hamas menghadiahkan kepada mereka otak yang menciptakan situasi itu, meruntuhkan propaganda demonisasi Hamas, dan menodai mitos tak terkalahkan tentara ‘Israel’. 

Wallahu a'lam bishawab.

________________
*Penulis adalah Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue. Kandidat PhD pada Center for Policy Research USM Malaysia. Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute.

Baca juga :