Ulama Salaf Dan Ghibah Kepada Penguasa
Selama ini sebagian orang dicekoki tidak boleh membicarakan kesalahan penguasa di depan umum, artinya tidak boleh mengghibah mereka, sebab itu bukan manhaj salafus shalih. Tapi faktanya banyak salafus shalih yang malah memberi penegasan bahwa pemimpin zalim itu boleh dighibahi dalam arti dibicarakan kesalahannya yang memang telah tampak. Tak ada pengkhususan terhadap mereka dibanding penzalim yang lain.
Lagi pula kaidah umumnya kalau kemungkaran itu sengaja ditampakkan maka tak ada lagi ghibah, sebab ghibah itu untuk sesuatu yang tersembunyi. Apalagi dalam bentuk kebijakan yang jelas zalim dalam kaca mata syariat, justru yang wajib bagi ummat adalah berisik agar semua paham bahwa itu munkar.
Jangan jadi warga negeri-negeri yang dulu disebut negeri di belakang sungai (maa wara`an nahr) seperti Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan Kazakhstan, Azerbaijan dll. Karena mereka tak pernah protes atas kebijakan penguasa maka makin menjadilah penentangan penguasa terhadap syariat, karena ulama pada diam sehingga rakyat pun merasa hal tersebut tidaklah mengapa, jadi tak perlu diprotes.
Diantara Ulama yang menegaskan bahwa tidak ada ghibah terhadap penguasa zalim antara lain, Hasan Al-Bashri, Ibrahim An-Nakha’iy, Sufyan bin Uyainah, Asad bin Musa. Sebenarnya ada beberapa nama lain tapi saya belum sempat menemukan sumbernya.
1. Hasan Al-Bashri
Riwayatnya bisa ditemukan dalam kitab Az-Zuhd Imam Ahmad riwayat anaknya,
1666 – حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا الحَسَنُ بنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْجَرَوِيُّ، عَنْ ضَمْرَةَ، عَنِ ابْنِ شَوْذَبٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ:
Abdullah menceritakan kepada kami, Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarawi menceritakan kepada kami, dari Dhamrah, dari Ibnu Syaudzab, dari Al-Hasan yang berkata,
” ثَلَاثَةٌ لَا غِيبَةَ لَهُمُ: الْإِمَامُ الْخَائِنُ، وَصَاحِبُ الْهَوَى الَّذِي يَدْعُو إِلَى هَوَاهُ، وَالْفَاسِقُ الْمُعْلِنُ فِسْقَهُ “
“Tiga golongan yang tidak ada ghibah buat mereka, pemimpin pengkhianat, pengikut hawa nafsu yang mengajak kepada kebid’ahannya dan orang fasik yang terang-terangan melakukan kefasikan.”
Ibnu Syaudzab di sini dilemahkan oleh Al-Bukhari tapi dianggap tidak mengapa oleh Abu Hatim dan dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban.
Tapi dia tidak sendirian, ada penguatnya sebagaimana tertulis dalam kitab Al-Mujalasa wa Jawahir Al-Ilmi 4/196:
1347 – حَدَّثَنَا أَحْمَدُ، نَا يُوسُفُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْحُلْوَانِيُّ، نَا عُثْمَانُ، نَا عَوْفٌ؛ قَالَ: قَالَ الْحَسَنُ: لا غَيْبَةَ لِثَلاثَةٍ: فَاسِقٍ مُجَاهِرٍ بِالْفِسْقِ، وَذِي بِدْعَةٍ، وإمام جائر.
“Tidak ada ghibah kepada tiga orang, fasiq yang berbuat maksiat terang-terangan, ahli bid’ah, dan pemimpin yang zalim.”
Dikuatkan lagi oleh riwayat Ibnu Abi Ad-Dunya dalam kitab Ash-Shamt, no. 234:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ، عَنْ شَرِيكٍ، عَنْ عَقِيلٍ، عَنِ الْحَسَنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
“ثَلَاثَةٌ لَيْسَ لَهُمْ غِيبَةٌ: صَاحِبُ هَوًى، وَالْفَاسِقُ الْمُعْلِنُ بِالْفِسْقِ، وَالْإِمَامُ الْجَائِرُ”
“Muhammad menceritakan kepadaku, Yahya bin Abi Bukair menceritakan kepada kami, dari Syarik, dari ‘Aqil, dari Hasan, dia berkata, Ada tiga golongan yang tidak ada ghibah untuk mereka yaitu: pengikut hawa nafsu, fasik yang memamerkan kefasikannya, dan pemimpin yang zalim.”
Riwayat ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Qutaibah dalam ‘Uyun Al-Akhbar 2/17 dari Syarik.
Syarik di sini adalah An-Nakha’iy dan dia ada kelemahan.
2. Ibrahim An-Nakha’iy
Riwayatnya disebutkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya dalam kitab Dzammul Ghibah wan namimah:
حَدَّثَنِا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بنُ مَغْرَاءَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: ” ثَلَاثٌ كَانُوا لَا يَعْدُوهُنَّ مِنَ الْغِيبَةِ: الْإِمَامُ الْجَائِرُ، وَالْمُبْتَدِعُ، وَالْفَاسِقُ الْمُجَاهِرُ بِفِسْقِهِ “
Baca Juga: Fatwa Syekh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz Untuk Membantu Mujahidin Palestina Dan Mereka Berhak Menerima Zakat
“Abdullah menceritakan kepada kami, Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Maghra menceritakan kepada kami, Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Ibrahim yang berkata, “Ada tiga yang mereka tidak memasukkannya ke dalam ghibah, pemimpin yang zalim, mubtadi’ dan fasik.”
3. Sufyan bin Uyainah
Riwayatnya disebutkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu;ab Al-Iman 9/126:
6374 – أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، أَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ الْعَدْلُ، نا زَكَرِيَّا بْنُ دَلَّوَيْهِ، نا عَلِيُّ بْنُ سَلَمَةَ اللبقيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُيَيْنَةَ، يَقُولُ: ” ثَلَاثَةٌ لَيْسَتْ لَهُمْ غِيبَةٌ: الْإِمَامُ الْجَائِرُ، وَالْفَاسِقُ الْمُعْلِنُ بِفِسْقِهِ، وَالْمُبْتَدِعُ الَّذِي يَدْعُو النَّاسَ إِلَى بِدْعَتِهِ “
“Ada tiga yang tak mengapa digibahi, Pemimpin yang zalim, orang fasik terang-terangan, ahli bid’ah yang mengajak manusia mengikuti bid’ahnya.”
Ada nama Zakariya bin Dallawaih di sini yang oleh muhaqqiq kitab Syu’ab Al-Iman yaitu Syekh Mukhtar Ahmad An-Nadawi dikatakan tidak dia ketahui.
Biografinya disebut oleh Adz-Dzahabi dalam Tarikh Al-Islam dan mengatakan dia seorang pengajar yang zuhud, ada beberapa orang yang meriwayatkan darinya. As-Sulami mengatakan dia dianggap lebih unggul daripada syekhnya.
4. Asad bin Musa
Riwayatnya saya temukan dalam kitab Riyadh An-Nufus karya Abu Bakar Al-Maliki 1/268:
وكان أسد يقول: ثلاثة لا غيبة فيهم: صاحب بدعة، وأمير غشوم، ومن ألقى جلباب الحياء وظاهر بالسوء.
Asad pernah berkata, “Ada tiga yang tidak ada gibah buat mereka, “Ahli bid’ah, pemimpin yang ghasyum (sangat zalim) dan orang yang melemparkan tirai malu, serta yang berbuat jahat dgn terang-terangan.”
5. Yahya bin Abi Katsir
Riwayatnya ada dalam kitab Dzammul Kalam wa Ahlih karya Al-Harawi 4/217:
687 – أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْأَزْهَرِ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُونُسَ حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ الضَّرِيرُ الْمُسْتَمْلِيُّ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي رَجَاءٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ الْفَزَارِيُّ عَنِ الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ قَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ:
“ثَلَاثَةٌ لَا غَيْبَةَ فِيهِمْ إِمَامٌ جَائِرٌ وَصَاحِبٌ بِدْعَةٍ وَفَاسِقٌ”
“Ada tiga yang tidak ada ghibah pada diri mereka, pemimpin yang zalim, ahli bid’ah dan orang fasik.”
6. Ishaq bin Rahawaih
Sebagaimana dalam Masa`il Harb Al-Kirmani 2/886 (tahqiq Fayiz disertasi di Ummul Qura):
سألت إسحاق عن غيبة السلطان الجائر قال: لا يكون فيهم إلا ما يكره للإنسان أن يعود لسانه.
“Aku bertanya kepada Ishaq tentang ghibah kepada penguasa zalim, dia menjawab, “Tidak ada ghibah kepada mereka kecuali yang tidak disukai seseorang bila lisannya Kembali padanya.”
7. Ubaidullah bin Umar bin Hafsh bin ‘Ashim Al-Umari
Harb Al-Kirmani meriwayatkan dalam Masa`ilnya (2/886):
حدثنا الأخضر، قال: حدثنا عارم، قال: حدثنا خالد، سمعت عبيد الله يقول في غيبة الخوارج والسلطان الذي قد أعلن لم ير لهم غيبة، فأما من يُعلَم أنه مذنب وهو يحب إن يستتر فرأى ذلك منهم غيبة.
“Al-Akhdhar menceritakan kepada kami, dia berkata, ‘Arim menceritakan kepada kami, Khalid menceritakan kepada kami, Aku mendengar Ubaidullah berkata tentang ghibah terhadap khawarij dan penguasa yang telah memamerkan (kesalahannya), bahwa tidak ada dosa ghibah terhadap mereka itu. Tapi kalau orang yang diketahui berdosa namun dia menyembunyikan dosanya itu maka Ubaidullah menganggap tetap ghibah bila menceritakan dosanya.”
8. Guru-guru Abdurrahman bin Udzainah.
Harb Al-Kirmani meriwayatkan masih dalam Masa`ilnya (8/883):
حدثنا عبد الله بن عبد الوهاب، قال: حدثنا زياد بن الربيع، عن عبد الرحمن بن أذينة قال: حدثنا أشياخنا قال: ثلاثة لا حرمة لهم ولا غيبة، الوالي الظالم الجائر، والفاسق المعلن بفسقه، وصاحب البدعة.
“Abdullah bin Abdul Wahhab menceritakan kepada kami, dia berkata, Ziyad bin Rabi’ menceritakan kepada kami, dari Abdurrahman bin Udzainah yang berkata, Para guru kami berkata, “Ada tiga golongan yang tidak haram meng-ghibah-I mereka: Penguasa zalim, orang fasik yang memamerkan kefasikannya, dan ahli bid’ah.”
Abdurrahman bin Udzainah adalah hakim di Bashrah, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakannya dalam At-Taqrib, “tsiqah”.
Dia adalah seorang tabi’iy yang biasa meriwayatkan dari ayahnya dan Abu Hurairah, sehingga para gurunya adalah tabi’in senior dan sahabat.
Kesemua riwayat ini cocok sehingga tak perlu lagi bersusah payah melakukan penelitian sanad.
Tambahan ada dalam kitab Al-Bayan wa At-Tahshil karya Ibnu Rusyd Al-Jadd:
[من لا غيبة فيه]
فيمن لا غيبة فيه قال: قال عيسى لا غيبة في ثلاث: إمام جائر، وفاسق معلن، وصاحب بدعة.
Orang yang tidak mengapa digibahi:
Tentang orang yang tidak masalah digibahi, Isa berkata, “Tidak ada ghibah terhadap 3 orang: Pemimpin yang zalim, orang fasik yang berbuat fasik terang-terangan dan pelaku bid’ah.”
Saya belum tahu siapa Isa yang dimaksud di sini, kemudian Ibnu Rusyd menjelaskan setelahnya alasan kenapa tidak ada ghibah buat mereka.
Ini semua adalah pemimpin zalim di masa mereka yang masih menegakkan hukum Allah, maka bagaimana kalau mereka itu hidup di masa sekarang di mana hukum Allah dicampakkan diganti hukum jahiliyyah?!
Semua ini untuk bahan pelajaran, ditulis di sini supaya gampang diingat, karena piknik ke kitab-kitab tersebut melelahkan.
Wallahu a’lam.