Syaikh Ali Jum’ah yang “kata mereka” kurang banyak baca kitab
“Syaikh Ali Jum’ah memang sangat alim dalam ilmu fiqh, tapi beliau kurang berpengalaman dalam ilmu nasab.“
Sesuai prediksi, begitulah komentar salah satu Pendukung Imad setelah tersebarnya video Syaikh Ali Jum’ah yang secara tegas menyatakan Nasab Habaib Ba’alawi “sah” dan tak terbantahkan, Pendukung Imad yang lain tak lupa menjustis Syaikh Ali Jum’ah sebagai “ulama kontroversial”, “kurang banyak baca kitab nasab” dan tentunya “Budak Ba’alawi” 😅
Ada juga yang “ngeles” dengan mengatakan bahwa fatwa Syaikh Ali Jum’ah tidak dianggap karena tidak menyebutkan referensi, anehnya dulu ketika mereka berhujjah dengan fatwa “fesbuk” Mufti Yaman yang ternyata hoax dan palsu itu, ketika itu mereka langsung main shar-sher aja (termasuk Imad yang mengutipnya dalam beberapa tulisannya) tanpa menanyakan dulu mana referensi Si Mufti terkait statement itu (kenapa? Ya karena pendapat Mufti “Hoax” itu sesuai dengan selera mereka).
Imad sendiri sudah membuat video bantahan, dalam video itu beliau berusaha “menggurui” Syaikh Ali Jum’ah dengan mengatakan bahwa leluhur Ba’alawi tidak ditemukan dalam kitab-kitab nasab, beliau sama sekali tidak menjawab statement Syaikh Ali bahwa tidak ada - sepanjang sejarah - ulama yang mengingkari dan membatalkan nasab Ba’alawi (sepertinya Imad dan pendukungnya menyadari bahwa mereka kekurangan “ulama” yang mendukung pendapat mereka, karena “krisis ulama” itu Imad bahkan pernah mengutip fatwa Syaikh Muqbil Al-Wadi’i - seorang gembong Wahhabi Yaman - untuk menguatkan pendapatnya).
Ok, kali ini saya akan coba ceritakan tentang sosok Syaikh Ali Jum’ah yang kata mereka Kontroversial dan tidak bisa diambil fatwanya itu, kebetulan tadi malam saya baca biografi beliau dalam kitab Syaikh Usamah Al-Azhari “أسانيد المصريين".
Di kalangan ulama-ulama top Mesir, Syaikh Ali Jum’ah diakui sebagai seorang Allamah Ma’usu’i (Ensiklopedi) karena keluasan ilmu beliau dalam berbagai fan/cabang ilmu. Syaikh Usamah mengatakan saking “cinta”-nya Syaikh Ali kepada kitab, dulu kitab-kitab di perpustakaan pribadi beliau mencapai 40 ribu “judul” kitab.
Menurut Syekh Usamah, itu bukan hiasan dinding atau koleksi semata, Syekh Ali Jum’ah sudah membaca dan melahapnya dengan sempurna, termasuk mengetahui judul per kitab, satu judul ada berapa cetakan, letaknya dimana saja, ia dapatkan dari mana, dan info-info detail kitab lainnya. Belakangan Duktur Ahmad Mamduh Sa’ad mengatakan bahwa kitab-kitab di perpus Syaikh Ali sudah lebih dari 90 ribu judul kitab, beliau bahkan sampai harus memakai 6 apartemen untuk menyimpan kitab-kitab itu.
Terkait “rahasia” gila baca Syaikh Ali, Duktur Ahmad Mamduh menceritakan:
“Sejak beliau kecil, ayah beliau Ustadz Jum’ah Muhammad Abdul Wahab selalu memotivasi Syaikh Ali untuk gemar membaca dan mencintai ilmu, beliau pernah berkata kepada Syaikh Ali:
“Kitab apa saja yang kau beli dari uang pribadimu, maka akan ayah ganti 2x lipat, sebanyak apapun itu.“
Terkait “totalitas” beliau dalam urusan ilmu, Syaikh Usamah menuliskan bahwa dulu Syaikh Ali pernah bertanya kepada Mufti Mesir Syaikh Muhammad Khater tentang takaran-takaran dalam kitab fiqh khususnya Dirham dan Dinar, Syaikh Muhammad menjawab:
“Aku tidak tau, tanyakan saja kepada para pengrajin emas, mereka lebih pengalaman dalam masalah ini.“
Syaikh Ali lalu mendatangi para pengrajin emas dan menanyai mereka, tapi mereka juga menjawab tidak tau. Beliau lalu berkata:
“Maka ketika itu aku menyadari 1 hal yang sangat penting, bahwa setiap masalah agama yang pemahamannya bergantung kepada dasar dalam ilmu lain, aku harus mempelajari ilmu itu dulu sebelum kemudian kembali membaca masalah agama itu. Karena itu aku mempelajari ilmu Kimia, Matematika, Filsafat, Falak, Musik, undang-undang dan banyak ilmu lainnya.“
Jadi sangat lucu sekali jika ada yang mengatakan bahwa beliau adalah ulama yang kurang banyak baca kitab dan asal-asalan berfatwa begitu saja tanpa referensi dan rujukan, Duktur Muhammad Imaroh pernah mengomentari sosok Syaikh Ali Jum’ah:
“Duktur Ali Jum’ah bukan hanya sekedar pembaca kitab, beliau bukan sekedar orang alim yang menguasai kitab-kitab warisan para ulama kita, akan tetapi beliau adalah sosok yang Allah berikan anugerah berupa ingatan/hafalan yang membuat komputer cemburu karenanya. Karena itu beliau menjadi rujukan kita dalam berbagai permasalahan.”
Pada akhirnya Syaikh Ali Jum’ah bisa menjadi “Grand Mufti Mesir” yang kealimannya diakui di kancah internasional itu murni karena kualitas ke-ilmiyah-an beliau yang luar biasa, bukan asal comat-comot referensi atau tulisan dari Guugel seperti Kiai “Fulan” yang kemudian merasa paling alim dan berpengalaman dalam berbagai ilmu khususnya ilmu nasab.
Allah Yahfadz Syaikhona Ali Jum’ah min Kaidil Hasidin wal Haqidin, semoga Allah jaga dan panjangkan umur beliau hingga terus menjadi tempat berteduh bagi kita dari segala kepalsuan dunia .
رب فانفعنا ببركتهم و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم و معافاة من الفتن
(Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 25 Juli 2024)