Pemerintah Kalah Sama Masjid

Biar rakyat yang ngurus

By TERE LIYE

Saya meyakini sejak dulu, jika urusan anak yatim, orang miskin, makan siang gratis, gizi anak-anak, itu cukup biar rakyat saja yang ngurus. Negara tidak usah ikut campur. Karena sejatinya, hal-hal begini, memang bisa diurus rakyat.

Lantas, apa tugas negara? Mereka melakukan hal yang TIDAK bisa dilakukan rakyat. Apa itu? Menegakkan hukum. Kan nggak mungkin rakyat disuruh menegakkan hukum, bisa-bisa mereka yang kena hukum.

Tapi nasib, 70 tahun lebih Indonesia merdeka. Semua serba terbalik. Negara sibuuuk sekali mengurusi hal-hal yg bisa dilakukan rakyat. Ujung ke ujung, diambil sama negara. Mereka bikin lembaganya, maksa mungut iuran, ini itu, termasuk yg paling baru: makan siang.

SEMENTARA itu, urusan penegakan hukum? Malah tidak pernah mereka urus.

Negara itu simpel cukup jadi regulator saja. Bikin peraturan, lantas tegakkan dgn disiplin, secara sungguh-sungguh. Sisanya, biar rakyat yang ngurus. Lah, ini terbalik sekali. Negara ikut jadi pemain, ikut berbisnis, ikut mroyek, kegatelan. 

Haji misalnya. Ini tuh lucu. Negara kok jadi biro travel. Mereka pungut iuran haji, mereka kelola, masuklah itu skema ponzi. Gatel banget pengin ngurus duitnya. 

Bahkan TAPERA, dkk, itu kocak. Ngapain negara merepotkan diri? Sok bergaya demi kesejahteraan rakyat--padahal simpel kamu pengin berbisnis saja sih, pegang duitnya.

Kamu tuh cukup fokus ngurus hal-hal yg memang tidak bisa rakyat urus. Dan percayalah, saat penegakan hukum dilaksanakan dengan benar. Regulasi dilaksanakan dgn disiplin. Semua masalah akan selesai dengan sendirinya. Ekonomi meroket. Produktivitas naik. Rakyat tambah kompetitif, sejahtera, dan rakyat tambah pinter-pinter. Paham nggak sih?

Coba lihat screenshot satu ini. Bayangkan, bahkan sebuah masjid bisa ngurus masalah petani sayur yg sedih harga-harga sayur turun. Itu masjid beli sayurnya, pakai duit jamaah, lantas dibagikan gratis. Semua happy toh? Dan masalah selesai.

Kalau pemerintah yg melakukan ini? Yg ada, koruptor-koruptor bermunculan. Orang-orang yg mroyek, pengusaha-pengusaha penjilat cari kesempatan. Bahkan biaya perjalanan dinas pejabatnya pun milyaran dulu. Panjang lebar kemana-mana. Apes, nasib petaninya tetap begitu-begitu saja.

(fb)
Baca juga :