MENCACAT NASAB BA ALAWI BERPOTENSI MENGGIRING ORANG BODOH UNTUK MENCACAT NASAB NABI ﷺ

MENCACAT NASAB BA ALAWI BERPOTENSI MENGGIRING ORANG BODOH UNTUK MENCACAT NASAB NABI SAW

Adalah Rasul Mulia, Muhammad ﷺ. Nasab beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Dalam kitab-kitab siroh, nasab beliau hingga Adnan tidak ada perbedaan diantara para ulama karena Adnan dipastikan merupakan keturunan Nabi Isma’il.

Akan tetapi, para ulama berselisih pendapat mengenai silsilah nasab dari Adnan hingga Nabi Isma’il sehingga tidak ditemukan satu pun riwayat yang shahih tentang silsilah nasab dari Adnan hingga Ismail bin Ibrahim alayhissalam oleh sebab keterbatasan dokumen shahih tertulis yang mendokumentasikan catatan nasab pada kurun waktu di zaman itu maupun setelahnya.

Terkait hal itu, Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Bouthi mengatakan :

أَمَّا مَا فَوْقَ ذَالِكَ فَمُخْتَلَفٌ فِيْهِ, لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْه في شَيْئٍ غَيْرُ أَنَّ مِمَّا لَا خِلَافَ فِيْهِ أَنَّ عَدْنَانَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ نَبِيِّ اللهِ ابْنِ إِبْرَاهِيْمَ خَليْلِ اللهِ عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ والسَّلامُ

“Adapun nasab Rasulullah di atas Adnan, para ulama berbeda pendapat, tidak ada yang bisa dianggap paling shahih. Namun, semua ulama sepakat bahwa Adnan merupakan keturunan dari Ismail, Nabi Allah putra Ibrahim Khalilullah 'alaihis salam.” (Syeikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-Tarîkh al-Khilâfah al-Rasyîdah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73)

Urwah bin Zubeir (Putra Sahabat mulia, Zubair bin Awwam radhiyallahu'anhu 644-713 M), beliau berkata :

“Mâ wajadnâ man ya’rifu mâ wara’a ‘adnâna"

“Kami tidak menemukan seorang pun yang (secara pasti) mengetahui nasab Rasul dari Adnan seterusnya.” 

(Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, tt, juz 2, h. 18)

Namun kendati demikian, ketersambungan nasab Adnan hingga Ismail 'alayhissallam bin Ibrahim 'alayhissalaam diyakini tanpa keraguan sebagaimana keyakinan bangunan Ka'bah sebagai peninggalan Nabi Ibrahim meski tanpa disertai bukti tertulis selain dari kabar mulut ke mulut dari kalangan orang-orang terpercaya.

Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Rasulullah ﷺ bercerita tentang dirinya. Ibnu Ishaq berkata bahwa Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari sebagian orang berilmu dan aku kira dari Khalid bin Ma'dan Al-Kalaiyyu, bahwa beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah, "Ceritakan kepada kami tentang dirimu, wahai Rasulullah."

Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Ya. Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira dari saudaraku Isa bin Maryam... " (HR. Ahmad 17163, shahih).

==========

Belakangan, jagat sosial media gaduh oleh polemik nasab para Habaib Ba Alawi yang diragukan ketersambungan nasabnya kepada Nabi ﷺ dengan dalih tidak adanya dokumen yang rajih, sarih dan shahih yang menunjukkan ketersambungan nasab Ba Alawi hingga Nabi ﷺ.

Terlepas dari benar atau tidaknya, klaim seperti itu justru akan menimbulkan dampak yang serius bagi para awam yang tidak mengerti bagaimana peran dan kedudukan sanad periwayatan dalam agama ini, sehingga setiap orang akan berasumsi bahwa jika tanpa dokumen shahih yang tertulis, maka segala sesuatu menjadi tertolak. Bahaya!!

Betapa tidak?

Bukankah silsilah ketersambungan nasab Nabi ﷺ hingga Nabi Ibrahim 'alayhissallam pun diperdebatkan para ulama tarikh oleh sebab ketiadaan dokumen tertulis pada zaman itu yang menunjukkan secara jelas dan kuat ketersambungan nasab Adnan hingga Ismail bin Ibrahim 'alayhissalaam?

Adapun silsilah nasab-nasab yang tercatat oleh para Ulama Siroh seperti dalam Siroh Ibnu Hisyam misalnya, nama-nama yang muncul hanyalah periwayatan yang didapat dari hafalan mulut ke mulut dari orang-orang yang tsiqah dan terpercaya dari kalangan bangsa Arab.

Terlebih, terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah ‎ﷺ yang mengatakan 'dusta' kepada para ahli nasab yang berani melanjutkan nasab beliau melewati Adnan.

Dengan demikian maka, meragukan ketersambungan nasab Ba Alawi kepada Rasulullah ﷺ hanya dengan alasan tidak adanya dokumen tertulis, maka secara tanpa sadar hal itu akan membawa manusia pada keragu-raguan tentang ketersambungan Nasab Rasul Muhammad ﷺ kepada Ibrahim 'alayhissalaam yang sama-sama tidak didukung oleh literatur kitab yang disepakati para ulama tarikh (ahli ilmu).

Jika nasab Rasulullah ﷺ yang tersambung kepada Nabi Ibrahim diragukan oleh umat ini, maka runtuhlah kebenaran Nabi yang selalu menisbatkan dirinya kepada Nabi Ibrahim, seperti contoh dalam hadits berikut:

"Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira dari saudaraku Isa bin Maryam... " (HR. Ahmad 17163, shahih).

Jika kebenaran Rasul Muhammad ﷺ sebagai keturunan Ibrahim runtuh, maka runtuhlah kerasulan Muhammad ﷺ sebagai pribadi terbaik yang berasal dari nasab terbaik yang terpilih dari kalangan bangsa Arab.

Jika kerasulan Muhammad ﷺ runtuh, maka runtuhlah agama ini sebagaimana keinginan sekelompok Yahudi Madinah yang enggan mengakui Nabi terakhir yang berasal dari Bangsa Arab.

Subhanallah.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'alaa aali Muhammad.

Memang demikianlah adanya.

Jadi, saya sungguh khawatir apabila sekelompok kecil manusia yang kini sedang asyik mencacat nasab Ba Alawi, adalah kelompok tunggangan dari pihak-pihak tertentu yang bertujuan memunculkan keraguan dalam umat ini sehingga melahirkan kelompok lain yang berani mencacat nasab mulia Rasul Muhammad ﷺ dari ketersambungannya kepada Nabi Ibrahim 'alayhissalaam.
Karena sejak 15 abad yang lalu, ikhtiar untuk mengklaim bahwa Rasul Muhammad ﷺ bukan keturunan Nabi Ibrahim telah dicoba untuk diretas oleh sekelompok kecil kaum Bani Israel di Madinah.

Sila baca sejarah.
Demikian.

Paham kan??

The End.

(Hizbullah Ivan)

Baca juga :