Jasa-Jasa Non Muslim pada Khilafah

Jasa-Jasa Non Muslim pada Khilafah

Salah satu tuduhan yang sering dilontarkan terhadap sejarah Kekhilafahan Islam adalah bahwa non-Muslim dipaksa dan ditekan. Namun, fakta sejarah menunjukkan sebaliknya. Non-Muslim tidak hanya hidup dengan damai di bawah pemerintahan Kekhilafahan Islam, tetapi juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat mereka dan memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan budaya.

Selama masa Kekhilafahan Islam, non-Muslim, termasuk Kristen, Yahudi, dan Sabian, dikenal sebagai "Ahlul Kitab" dan diberikan status khusus sebagai "dhimmi". 

Mereka diberikan perlindungan dan hak untuk mempraktikkan agama mereka sendiri serta menjalankan kehidupan sosial dan ekonomi mereka dengan kebebasan. 

Sebagai imbalannya, mereka membayar jizyah, sebuah pajak yang memberi mereka perlindungan militer dan jaminan keamanan. 

Tidak hanya bebas dalam beribadah, mereka juga dibebaskan dalam mengembangkan minat bakat, kaum Muslimin dan non Muslim sama-sama saling bahu-membahu dalam meraih kegemilangan kejayaan Islam. 

Kontribusi Non-Muslim dalam Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan:

1. Hunayn ibn Ishaq: Seorang Kristen Nestorian yang menjadi penerjemah terkemuka dalam Gerakan Penerjemahan di Kekhilafahan Abbasiyah. Ia menerjemahkan karya-karya filsafat dan medis Yunani ke dalam bahasa Arab, yang membantu mentransfer pengetahuan medis Yunani ke dunia Islam. Karya-karyanya berkontribusi besar dalam pengembangan ilmu kedokteran di dunia Islam. Saat itu Khilafah sedang gencar melakukan pengumpulan buku-buku dari seluruh dunia, namun kekurangan penerjemah. La, orang orang Kristen Nestorian ini mereka dikenal luas punya bakat penerjemahan sehingga diadopsilah mereka sama Khalifah.

2. Thabit ibn Qurra: Seorang ahli matematika dan astronomi dari kelompok Sabian. Ia menerjemahkan banyak karya matematika dan astronomi Yunani, serta mengembangkan teori bilangan dan geometri. Thabit juga memberikan kontribusi dalam bidang mekanika dan optika, yang menjadi dasar bagi banyak penelitian ilmiah di kemudian hari.

3. Qusta ibn Luqa: Seorang Kristen Melkite yang terkenal sebagai penerjemah dan ilmuwan. Ia menerjemahkan karya-karya medis, astronomi, dan filsafat dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Karya-karyanya membantu menyebarkan pengetahuan ilmiah di dunia Islam dan memperkaya literatur ilmiah Arab.

4. Moses Maimonides: Seorang filsuf, dokter, dan penulis Yahudi yang terkenal. Di Kekhilafahan Islam, ia menulis banyak karya penting dalam bidang kedokteran dan filsafat. Sebagai filsuf, karyanya "Dalalat al-Ha'irin" menjadi salah satu karya utama dalam filsafat Yahudi dan mempengaruhi pemikiran Islam.

5. Yuhanna ibn Masawaih: Seorang dokter Kristen Nestorian yang bekerja di Rumah Sakit Baghdad. Ia menulis banyak karya dalam bidang kedokteran, termasuk "Kitab al-Dasur", yang menjadi referensi penting dalam pendidikan kedokteran di dunia Islam.

6. Sa'id al-Andalusi: Seorang Kristen Mozarab dari Andalusia yang terkenal sebagai astronom dan sejarawan sains. Dalam bukunya "Tabaqat al-Umam", ia mendokumentasikan sejarah sains dan kontribusi berbagai bangsa, menunjukkan bagaimana pengetahuan berkembang melalui interaksi lintas budaya.

Ada banyak nama yang tidak dapat disebutkan, intinya kisah hidup dan kontribusi para ilmuwan non-Muslim di Kekhilafahan Islam membuktikan bahwa tuduhan tentang pemaksaan dan penindasan non-Muslim tidak berdasar. 

Sebaliknya, mereka diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat mereka dan memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 

Kebijakan inklusif dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan inilah yang menjadikan Kekhilafahan Islam sebagai salah satu pusat intelektual terkemuka di dunia pada masa itu.

(Ngopidiyyah)

Baca juga :