CURAHAN HATI FELIX SIAUW

CURAHAN HATI FELIX SIAUW

Yang pertama kali harus saya hadapi setelah saya Muslim, adalah keluarga saya. Mereka punya pandangan yang nggak tepat tentang Islam, wajar dong, yang Muslim aja kadang banyak yang nggak paham Islam.

Saya masih ingat, pertama kali saya sampaikan ke Papi dan Mami, "Felix sudah masuk Islam!". sekitar 3 pekan setelah syahadat. Wajah mereka campuraduk, kaget, bingung, marah, jadi satu.

Masih segar, Papi yang berusaha tetap tenang sambil mencecar dengan logika, Mami yang menangis dengan emosi meluap-luap, sampai Ko Freddy yang waktu itu belum Muslim dengan ancamannya.

Tapi saya hadapi semua itu, AS EXPECTED.

Kesulitan yang kedua, beradaptasi di agama baru. Belajar membaca huruf hijaiyah yang asing di lidah dan telinga, menghafalkan beberapa surah buat shalat, membentuk habits baru.

Tapi itu semua lebih ringan, AS EXPECTED.

3 tahun menjadi Muslim, Papi dan Mami mulai menerima, meski tetap nggak setuju. Tapi Papi supportnya nggak tanggung, mulai mengumrahkan saya dan istri, membelikan rumah dan mobil, berikut tanggungan bensinnya, juga modal cukup besar dititip ke saya untuk membangun bisnis @hijabalila.

Ini semua, UNBELIEVABLE.

Yang terberat mulai datang. Satu malam saya diundang sharing di Masjid, tentang mengapa saya memilih Islam, entah darimana, seorang yang dipanggil "Pak Haji", naik mimbar setelah saya, lalu bicara: "Orang baru masuk Islam itu harusnya belajar, bukan mengajar. Karena saya tau banyak sekali yang jadi mualaf hanya untuk mencari uang di Masjid", saya ingat betul.

Muka saya hanya bisa memerah, UNBELIEVABLE.

Mengakunya orang pesantren, klaimnya memahami agama. Nggak pernah kenal, nggak pernah tanya, tiba-tiba main tuduh. @felixsiauw anti-NKRI, anti-Pancasila, antek-Cina, makan duit amerika, antek-Israel, antek-komunis, intoleran, ekstrimis, radikal.

Ngakunya ormas paling toleran, tapi yang nggak sepaham semuanya nggak boleh ada. 

Bilangnya Islam ramah, kajian saya yang berjudul #UdahPutusinAja, di-demo, di-persekusi, dengan maki-makian yang tak layak di telinga.

Ini bagi saya berat, sebab UNBELIEVABLE.

18 tahun saya beragama Islam. Seingat saya, tak lewat 1 hari pun sejak itu, kecuali saya berpikir, bagaimana bisa mendakwahkan Islam lebih baik, lebih luas, lebih berpengaruh.

Di hadapan saya, ada sistem sekulerisme-kapitalis dengan materialisme dan hedonismenya, tengah menghancurkan generasi Muslim. Mereka bukan hanya nggak mau bantu, tapi malah nyusahin.

UNBELIEVABLE.

Baca juga :