Banggain Jumlah Penumpang Kereta Cepat Tembus 4 Juta, Erick Thohir gak sadar angka itu justru menunjukkan Whoosh tekor, kekurangan penumpang, okupasi cuma 50%

Catatan: Agustinus Edy Kristianto

Melanjutkan status sebelumnya mengenai klaim Menteri BUMN Erick Thohir (ET) tentang kehebatan Whoosh bagi perekonomian bangsa (tautan: https://www.facebook.com/share/p/U3C6VWvzoTVBmYXE/?mibextid=qi2Omg) berikut saya sampaikan fakta kebalikannya:

(1) Klaim ET: "Sejak diluncurkan pada Oktober 2023, Kereta Cepat Jakarta Bandung sudah membawa 4 juta penumpang hingga awal Juli 2024. Angka tersebut menunjukkan tingkat KEPERCAYAAN dan ANTUSIASME masyarakat terhadap kereta cepat di Asia Tenggara ini."

FAKTA:

Whoosh beroperasi (Commercial Operation Date) sejak 17 Oktober 2023 maka hingga 1 Juli 2024, Whoosh sudah beroperasi selama 259 hari. Jika diklaim sejauh ini Whoosh telah mengangkut 4 juta penumpang maka rata-rata per hari penumpang Whoosh sebanyak 15.444. 

KCIC menargetkan penumpang Whoosh 30 ribu/hari. Dengan demikian menteri itu ibarat kumur-kumur. Faktanya: kekurangan penumpang. 

Mengapa kekurangan? Bisa jadi karena masyarakat TIDAK PERCAYA dan TIDAK ANTUSIAS, baik terhadap Whoosh maupun para pejabat yang getol mendorong proyek berbiaya Rp110 triliun, yang sebagian besar dibiayai utang China Development Bank dan APBN itu.
(2) Klaim ET: "Kereta Cepat Jakarta Bandung sudah berkontribusi sebesar Rp86,5 triliun untuk PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Jakarta dan Jawa Barat pada 2019-2023."

Kumur-kumur lagi. Sebab ia tak menyertakan riset yang berbasis konsep, definisi, metodologi, pendekatan yang dipakai (produksi, pengeluaran, pendapatan), sumber input data, perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) dll. 

Tapi, saya kutip dari publikasi resmi BPS, jumlah PDRB DKI Jakarta 2019-2023 sebesar Rp15.460,31 triliun dan Jawa Barat Rp11.219,56 triliun. Maka total PDRB DKI Jakarta dan Jawa Barat adalah sebesar Rp26.679,87 triliun. 

Jadi, kontribusi Rp86,5 triliun itu sebetulnya secuil banget: 0,32%. 

Penyumbang terbesar PDRB DKI Jakarta pada 2019-2023 adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; sementara di Jawa Barat, penyumbang terbesar adalah industri pengolahan.

(3) Klaim ET: "Dengan menggunakan energi listrik, kereta cepat Jakarta Bandung bisa melakukan penghematan bahan bakar sebesar Rp3,2 triliun per tahun."

Tahu dari mana dia "per tahun" sementara Whoosh beroperasi belum setahun? Jika itu asumsi/proyeksi, apa dasar dan pembandingnya?

BBM dan Listrik Aliran Atas dikategorikan sebagai beban operasional langsung dalam pembukuan PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang pada Laporan Tahunan 2023 (Audited), sebesar Rp3,9 triliun (naik 30% dari tahun 2022 yang sebesar Rp3 triliun).

Itu perhitungan untuk seluruh kereta api yang dioperasikan KAI di seluruh Indonesia, bukan cuma Whoosh. Klaim penghematan Rp3,2 triliun itu bisa kita duga merupakan kumur-kumur lagi.

FYI. PT KAI (Persero) adalah pemegang saham pengendali PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan 51,37% setara nilai Rp8,02 triliun. PSBI berkongsi dengan Beijing Yawan HSR Co. Ltd di bawah bendera PT Kereta Cepat Indonesia China sebagai operator Whoosh dengan komposisi saham 60:40.

Akibat investasi di PSBI, KAI merugi. Tahun 2022 rugi Rp508,9 miliar (net loss), tahun 2023 naik ruginya Rp974,1 miliar).

Sama dengan WIKA, KAI juga harus menanggung beban utang yang besar kepada China Development Bank. Per 31 Desember 2023, pinjaman KAI di China Development Bank sebesar US$325,6 juta (fasilitas A) dan US$217,08 juta (fasilitas B). Jika ditotalkan dalam rupiah (kurs Rp16 ribu), sebesar Rp8,6 triliun.

KESIMPULANNYA:

Jauh dari yang indah-indah seperti kumur-kumur menteri itu, Kereta Cepat Jakarta Bandung (Whoosh) nyatanya kekurangan penumpang, berkontribusi kecil terhadap perekonomian regional, merugikan BUMN yang terlibat di dalamnya, membebani dengan bunga pinjaman ratusan miliar dari kreditur (China Development Bank) hingga 30 tahun ke depan. 

Whoosh terancam nasibnya jadi monumen seperti Bandara Kertajati dan LRT Palembang sebab proyeknya grasa-grusu dan tidak efisien karena dibiayai dari utang yang memberatkan, kata Presiden terpilih Prabowo Subianto beberapa tahun lalu. 

Sementara itu, tata kelola yang buruk dan potensi KKN yang merugikan keuangan BUMN terus saja terjadi dan bisa jadi mungkin itulah memang ciri khas dari menteri yang dicitrakan baik dan berakhlak itu.

Salam.

(Agustinus Edy Kristianto)

Baca juga :