Apresiasi Untuk Rektor UII

Apresiasi Untuk Rektor UII

Oleh: Made Supriatma 

Pak Rektor ini keren sekali. Beliau mengeluarkan keputusan agar gelar "Prof." itu tidak lagi dicantumkan selain untuk keperluan yang benar-benar akademik. 

Usaha beliau ini, saya setuju istilahnya, adalah upaya untuk "medesakralisasi" gelaran akademik, yang sekarang banyak disalahgunakan itu. Kita semua sudah tahu bahwa gelar profesor itu sekarang menjadi status priyayi. 

Yang menyedihkan adalah bahwa kemudian orang-orang yang tidak punya kredensial akademik pun ikut-ikutan berusaha untuk memperoleh gelar itu. Gelar ini menjadi rebutan para politisi, misalnya. 

Kita tahu, politisi kita itu rakus luar biasa. Mereka sudah kaya, berkuasa tanpa tanding, masih juga perlu pengakuan sebagai profesor. 

Gelar profesor pertama-tama memiliki arti utama bahwa penyandangnya adalah seorang guru. Sekali lagi, seorang guru. Itu saja. Sebagai guru, ia punya tanggungjawab mendidik. Selain itu, sebagai akademisi dia bertanggungjawab untuk melakukan penelitian -- penelitian yang berangkat dari keingintahuan intelektual (intellectual curiosity). Bukan penelitian abal-abal, apalagi yang mencontek atau mengklaim penelitian orang lain.   

Selain itu, dia juga bertanggungjawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang menjadi spesialisasinya. Jika ia seorang profesor ilmu hukum, maka ditangannyalah masa depan keilmuan ilmu hukum itu diletakkan. Ini bukan tugas yang main-man. 

Saya mengapresiasi usaha Mas Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia ini, untuk meletakkan kembali keprofesoran pada fungsinya: guru, pengembang ilmu pengetahuan, dan pemikir. Profesor bukan gelaran yang sama seperti Kanjeng Raden Tumenggung atau Raden Mas. Ia juga bukan jenjang kepangkatan walaupun untuk mencapainya seseorang harus melewati jenjang karir dan pengakuan tertentu. 

Saya kira, dengan desakralisasi ini kita bisa menghilangkan penyalahgunaan gelar profesor dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang menyalahgunakannya untuk kepentingan-kepentingan non-pendidikan. Para politisi harus cukup puas dengan kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki. Tidak usah lagi merambah ke dunia pendidikan. Gelar profesor itu tidak memuliakan Anda sedikit pun kecuali kalau Anda mau mengabdikan diri sepenuh hidup Anda untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang Anda geluti.  

Jadi, para politisi, berhentilah memperkosa dunia ilmu pengetahuan! Berhentilah berlagak pintar. Kami tahu bahwa Anda hanyalah "Profesor Kangkung"!

(fb)
Baca juga :