[PORTAL-ISLAM.ID] Hamas menuntut pembebasan tiga pemimpin tertinggi Palestina dalam perjanjian baru pertukaran sandera dengan Israel. Mereka yang diminta Hamas agar dibebaskan adalah Ahmed Saadat, Marwan Barghouti dan Abdullah Barghouti.
Mereka masing-masing adalah pemimpin tiga faksi di Palestina.
Ahmed Saadat adalah Sekjen PFLP (Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina) ditangkap tahun 2008 dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara. Alasannya karena terlibat dalam pembunuhan Menteri Pariwisata Israel Rehavam Ze'evi tahun 2001.
Marwan Barghouti adalah salah satu petinggi organisasi Fatah dan teman dekat Pemimpin Hamas Yahya Sinwar saat dipenjara.
Marwan Barghouti ditangkap Israel 2002 dan dijatuhi hukuman atas lima tuduhan pembunuhan. Ia divonis lima kali hukuman seumur hidup.
Lalu, siapa Abdullah Barghouti?
Kisah hidup Abdullah Barghouti, begitu epik. Ia dilahirkan tahun 1979, dan menjadi salah satu komandan sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, untuk wilayah Tepi Barat. Ia termasuk pentolan pembuat bom.
Abdullah Barghouti berasal dari Kuwait, lalu pindah ke Yordania setelah Perang Teluk Kedua tahun 1990. Ia memegang kewarganegaraan Yordania, sebelum terdaftar menjadi mahasiswa di sebuah universitas di Korea Selatan untuk belajar teknik elektronik selama tiga tahun.
Pendidikan itu menjadi dasar keahliannya membuat bahan peledak. Abdullah Barghouti bekerja memproduksi alat peledak dan memproduksi zat beracun dari kentang, sekaligus memproduksi detonator. Bahkan ia mendirikan pabrik khusus manufaktur militer di sebuah gudang di kotanya.
Ia tak menuntaskan kuliahnya di Korea lantaran pecah perang Intifada kedua (28 Sep 2000 – 8 Feb 2005).
Tahun 1999, saat usianya masih 20 tahun, Barghouti resmi bergabung dengan Hamas. Dalam waktu relatif cepat ia dipercaya bergabung dengan sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam. Musababnya, karena keahliannya dalam membuat bahan dan alat peledak.
Sejak itu, namanya tersohor. Bahkan, media Israel Yedioth Ahronoth menjulukinya sebagai ‘Sang Insinyur’, lantaran senjata dan bahan-bahan peledak yang diciptakannya begitu mematikan.
Sedangkan, warga Palestina menjulukinya dengan sebutan: Pangeran Bayangan Hamas.
Abdullah Barghouti juga dipercaya mengendalikan Al-Qassam Tepi Barat dari dalam penjara. Dari dalam kerangkeng besi pula, ia menulis novel, yang ditengarai menyelipkan instruksi rahasia untuk pasukan Brigade Al-Qassam. Dari novel bertajuk "Prince of The Shadow", yang ditulisnya itu ia diberi julukan Pangeran Bayangan.
Dalam novelnya, ia berbicara kehidupannya dan rincian operasi yang dilakukan dengan tahanan lain. Misalnya, tentang bagaimana mendapatkan bahan peledak melalui pos pemeriksaan militer Israel serta bagaimana melakukan operasi pengeboman jarak jauh.
Selain Prince of The Shadow, Abdullah Barghouti juga banyak menulis buku lain. Di antaranya, bertajuk: Al Maqdisi dan Setan-setan Kuil Khayalan, Wanita Mulia, Palestina yang Mencintai dan Dicintai, Insinyur dalam Perjalanan, Guillotine, dan lain-lain.
Tahun 2001, ia ditangkap. Penangkapan dilakukan Pasukan Keamanan Otoritas Palestina atas perintah mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat. Abdullah Barghouti dituding terlibat pemboman Restoran Sbarro.
Ketika hubungan Otoritas Palestina dengan Israel memburuk pada Januari 2002, petinggi Fatah Marwan Barghouti melobi Jibril Rajoub kepala Pasukan Keamanan Otoritas Palestina, untuk membebaskan Abdullah Barghouti. Ia pun kembali ke barisan Hamas.
Tapi, selama bergabung dengan Hamas, Abdullah Barghouti dituduh menjadi otak dari pelbagai serangan pembalasan Hamas terhadap kebiadaban Israel.
Antara lain, pemboman di Mal Ben Yehuda, peledakan Cafe Moment, peledakan Rishon LeZion, peledakan Universitas Ibrani, pemboman jaringan bus di Allenby Street. Ia juga meletakan bom di jaringan rel kereta api di Lod.
Tetap Melawan Penjahahan
Selang setahun, ia ditangkap Zionis Israel pada 2003. Ia dianggap bertanggung jawab atas puluhan kematian warga Israel. Abdullah Barghouti ditangkap Dinas Rahasia Keamanan Israel, Shin Bet.
Ia dijatuhi hukuman terlama di dunia, yakni 67 hukuman seumur hidup ditambah 5.200 tahun penjara. Yang bahkan hukuman terlama dalam sejarah manusia. Zionis Israel menuduhnya bertanggung jawab atas kematian 67 orang Israel dan 500 orang yang disebut terluka.
Israel tak memvonis hukuman mati padanya lantaran pengaruhnya yang begitu besar. Namun, Israel juga enggan melepaskannya lantaran keahliannya yang membahayakan bagi penjajah.
Apalagi Abdullah Barghouti juga ahli dalam lima bahasa. Selain itu ahli pula dalam bela diri seperti Judo dan Karate. Bahkan dikenal pula mahir menembus keamanan jaringan komunikasi dan jaringan internet. Ia menjadi profesional di bidang elektronik.
Keceradasannya seakan menular ke anaknya. Tahun 2017, putri Abdullah Barghouthi, Tala Barghouthi, memperoleh nilai tertinggi dalam sejarah Palestina di ujian akhir kelas 12 SMA.
“Saya akan memerangi penjajahan Israel,” katanya, kepada wartawan Israel. Saat ditanya bila kelak dibebaskan, ia juga berjanji akan memerangi penjajahan Israel di seluruh wilayah Palestina.
Abdullah Barghouti ditahan di Gilboa dekat Beit She’an. Ia dikurung di sel isolasi dan tidak diizinkan dikunjungi keluarganya. Tahun 2011, Otoritas Palestina sempat meminta pemerintah Israel membebaskan Abdullah Barghouti sebagai bagian dari pertukaran tahanan tahanan Gilad Shalit.
Namun saat itu permintaan tersebut ditolak Perdana Menteri Isarel Benjamin Netanyahu. Kini, Hamas melalui pemimpin politiknya Ismail Haniyeh mendesak lagi pembebasannya dalam negoisasi kesepakatan pertukaran sandera terbaru antara Hamas dan Israel.
Sang Pangeran Bayangan itu berada di urutan teratas daftar Hamas untuk kesepakatan pertukaran tawanan.
This man has been sentenced to 5,200 years and 67 life sentences.
— Warfare Analysis (@warfareanalysis) June 9, 2024
He is at the top of Hamas list for the exchange deal. Here is his story. pic.twitter.com/xkKs1kIb7B