Mengapa PKS Usung Sohibul Iman, Bukan Anies Baswedan?
Oleh: Setiya Jogja
PKS akhirnya menyatakan akan mengusung Mohamad Sohibul Iman sebagai bakal calon gubernur Jakarta. Meski sama-sama pernah menjadi rektor Universitas Paramadina, PKS lebih memilih Sohibul Iman dibanding Anies Baswedan figur yang sejauh ini sudah sangat PKS banget.
Pertama tentu kita apresiasi langkah ini. Karena memang sudah semestinya partai politik mengusung kader-kadernya untuk mengisi pos kepemimpinan publik, bukan asal bajak tokoh atau artis. Secara, sebagaimana UU Partai Politik, itulah salah satu tugas pokok fungsi partai politik.
Di sisi lain, kita juga bisa melihat. Langkah ini bisa dilihat sebagai upaya PKS keluar dari bayang-bayang Anies Baswedan yang sejak 2017 memiliki hubungan mesra. Kedekatan hubungan dalam pilkada Jakarta 2017 dan pilpres 2024 membuat asosiasi publik bahwa Anies Baswedan itu PKS, sebaliknya PKS ya Anies Baswedan.
Asosiasi ini ada untungnya dan sekaligus ada ruginya. Dalam konteks pilpres dimana tidak ada kader PKS yang maju, keberadaan Anies Baswedan membawa "efek ekor jas" (kenaikan suara) yang signifikan untuk PKS di Pemilu 2024. Bisa jadi lebih besar ketimbang bagi Nasdem sebagai pengusung utama.
Asosiasi itu akan merugikan saat ada event politik, dimana figur Anies sudah dianggap representatif PKS. Maka nilai tawar PKS menjadi berkurang. Karena cukup ambil Anies, sudah dapat Anies sekaligus massa PKS. Tentu sangat merugikan bagi partai.
Deklarasi PKS mengusung Sohibul, bukan Anies bisa saja dimaknai sebagai pernyataan tegas bahwa PKS bukan Anies Baswedan. Dan demikian sebaliknya, Anies Baswedan bukan PKS. Setidaknya pesan tersebut disampaikan kepada elit politik. Syukur bisa sampai ke massa akar rumput.
Demikian sekedar pandangan dari pinggiran. Mendengar suara obrolan di sebuah angkringan.
(fb)