Wali Allah
Oleh: Ustadz Ahmad Sarwat
Masyarakat kita umumnya memahami istilah 'wali' sebagai sosok orang sakti yang punya kekuatan ghaib. Maka ramai mereka memuliakannya dengan berharap kecipratan berbagai macam 'keajaiban' para wali.
Namun benarkan definisi wali dalam Al-Quran adalah: orang sakti yang punya banyak keajaiban?
Ada satu kata dalam Al-Quran yang menyebut awliya'Allah (أولياء الله) yang artinya para wali Allah.
Namun sama sekali Al-Quran tidak menyebutkan kesaktian, karamah ataupun berbagai macam keajaiban. Disebutkan bahwa para wali Allah itu adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Cirinya mereka tidak takut dan tidak bersedih.
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمْ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS Yunus: 62-64)
Di atas kemuliaan para wali Allah, ada derajat para nabi dan rasul. Dan di level para nabi dan rasul, yang paling mulia derajatnya hanyalah Nabi Muhammad SAW.
Kalau seandainya derajat kewalian itu diukur berdasarkan kesaktian, seharusnya orang paling sakti di dunia adalah Nabi SAW.
Ternyata tidak begitu. Kalau sekedar 'adu sakti', Nabi SAW tidak pernah diriwayatkan misalnya berhasil menghidupkan orang mati. Yang melakukannya justru Nabi Isa alaihissalam, Beliau diberi mukjizat bisa menghidupkan orang mati.
Nabi SAW juga tidak pernah mengalami kondisi dibakar hidup-hidup tapi selamat. Yang punya mukjizat seperti itu justru Nabi Ibrahim alaihissalam.
Nabi SAW juga tidak pernah diceritakan punya tongkat sakti yang kalau dilempar jadi ular atau membelah lautan jadi jalanan, sebagaimana Nabi Musa. Nabi SAW punya tongkat, tapi belum pernah diriwayatkan tongkatnya jadi sakti bisa ini dan bisa itu.
Nabi SAW juga belum pernah diceritakan pernah dilempar ke laut dimakan ikan tapi selamat masih hidup. Yang seperti itu adalah Nabi Yunus alaihisalam.
Nabi Khidir malah lebih aneh lag mukjiznya. Beliau diberi diizinkan untuk membunuh anak kecil yang secara taqdir di masa depan nantinya akan jadi penjahat. NAbi SAW tidak pernah bunuh-bunuh anak kecil macam itu.
* * *
Nabi Muhammad SAW justru pernah sekujur tubuhnya babak belur ketika dilepari batu oleh penduduk Thaif. Bahkan pernah jatuh pingsan dikira mati pada Perang Uhud.
Nabi SAW sewaktu wafat menjelang sakratul maut, masih bilang ada sisa bekas racun yang dulu pernah dihidangkan oleh wanita Yahudi.
Ketika Nabi SAW menjadi jadi sosok paling dicari di Mekkah dengan imbalan 100 ekor unta bagi yang berhasil membunuh atau menangkapnya, beliau pun harus menyelinap keluar Mekkah dan bersembunyi dalam Gua Tsaur.
Tidak ada orang kafir yang diserupakan seperti wajah Nabi SAW lalu dibunuh, sebagaimana kisah Nabi Isa dalam Al-Quran.
Ancama pembunuhan buat Nabi SAW rupanya terus berlaku tiada henti. Maka Nabi SAW dengan bersusah payah harus melakukan perjalanan sembunyi-sembunyi menuju Madinah dengan bantuan seorang penunjuk jalan yang masih kafir.
Padahal belum setahun sebelumnya, Nabi SAW diberi tugas perjalanan Isra Miraj naik Burok. Secepat kilat sampai di Al-Aqsha dalam semalam bolak balik bahkan ke langit tujuh tembus sampai Sidratil Muntaha.
Kok waktu hijrah tidak minta fasilitas Burok? Kemana Buroknya? Bukankah naik Burok lebih cepat, aman, tinggal nikmati perjalanan?
* * *
Mendalami Sirah Nabawiyah, alih-alih kita bertemu dengan keajaiban dan kesaktian, justru yang kita temukan adalah sosok orang yang sangat logis dan manusiawi. Sosoknya bukan sosok orang sakti mandraguna dengan segala bentuk penampakan berbagai jenis mukjizat.
Para sahabat yang mendekat Beliau dan pada masuk Islam, sama sekali tidak berorientasi agar bisa nonton mukjizat, juga bukan karena ingin kecipratan karamah. Tapi mereka ingin menjadi mukmin dan Muttaqin.
Sosok waliyullah yang paling tinggi adalah Nabi Muhammad SAW. Bahkan posisinya jauh di atas para wali dan para nabi. Tapi kita tidak mengenal Nabi SAW sebagai orang yang sedikit-sedikit bicara mukjizat, sebenar-sebentar ngomongin keanehan-keanehan.
Beliau justru sosok yang logis dan totalitas dalam bab sebab akibat. Logika beliau sangat kuat, meski tetap punya mukjizat. Tapi logika Beliau nampaknya lebih tampil dominan ketimbang unjuk peristiwa kesaktian atau keajaiban.
Mereka yang berharap Nabi Muhammad SAW mendemonstrasikan berbagai kemukijizatan nampaknya harus kecewa.
(*)