Manusia di Puncak Tertinggi
Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad
Penceramah kalau sudah cerita derajat para Waliyullah yang terkenal, maka kecenderungannya mendeskripsikan seolah wali yang sedang diceritakan itu sudah Top of The Top, sudah di puncak tertinggi sundul langit. Siapa pun wali yang sedang dipuji, biasanya cenderung begitu ceritanya.
Saya selalu tersenyum bila mendengar kisah semacam itu sebab banyak orang yang jauuuuuuuhhhhhhh di atas semua waliyullah, bukan hanya satu dua orang tapi buaaaanyak. Siapa mereka? Tentu saja para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Para sahabat semua berada di puncak tertinggi setelah para Nabi. Saking tingginya, sampai akan terasa tidak sopan membandingkan para sahabat dengan para wali yang bukan sahabat.
Dan di antara para sahabat, tentu saja di puncaknya ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, lalu di atasnya ada Sayyidina Utsman, lalu di atasnya ada Sayyidina Umar dan lalu di puncaknya ada Sayyidina Abu Bakar.
Kalau derajat manusia mau diurut, maka urutannya adalah:
1. Nabi Muhammad
2. Para Rasul dan Nabi lainnya
3. Khulafaur Rasyidin
4. Para Sahabat selain Khulafaur Rasyidin
5. Para Tabi'in
6. Para Mujtahid
7. Para Waliyullah selain nomer 3 hingga 6.
Sejak nomer 3 (Khulafaur Rasyidin), secara teknis semuanya adalah Waliyullah (kekasih Allah) yang terpilih. Hanya saja mereka mempunyai gelar yang lebih tinggi dari sekedar waliyullah sehingga gelar itulah yang dipakai.
Ini akidah Ahlussunah wal Jamaah yang harus diingat. Akidah ini tidak bisa diredupkan dengan cerita-cerita tentang waliyullah yang biasanya diceritakan secara bombastis oleh beberapa penceramah. Kalau seorang penceramah mengingat ini, insyaallah ceramahnya akan proporsional.
(*)