Oleh: Asyari Usman (Jurnalis Senior Freedom News)
Partai Keadilan Sejehtera (PKS) resmi mengusung Anies Baswedan. Banyak pihak lain yang antusias. Pokonya, Anies harus ikut pemilihan gubernur (pilgub) Jakarta yang akan tayang pada 27 November 2024.
Anies Baswedan didorong kuat untuk ikut. Banyak yang yakin mantan capres itu bisa menang dengan mudah. Sebab, dia adalah petahana Jakarta dan punya elektabilitas tinggi --sekitar 40 persen.
Secara normatif, tentu tidak ada masalah kalau Anies ikut lagi pilgub. Bahkan, menurut teori menjaga popularitas, Anies harus kembali menjadi gubernur supaya dia tetap “hidup” di media massa sampai musim pilpres 2029. Anies harus menjadi “news maker”. Kalau tidak, dia akan tenggelam. Tidak lagi diperhitungkan.
Penjelasan ini masuk akal. Gubernur Jakarta pasti akan menjadi pembicaraan publik. Setiap hari ada saja yang memberitakan kegiatan gubernur. Popularitas Anies bisa bertahan bahkan lebih tinggi.
Kalau popularitas tinggi, maka sangat mungkin elektabilitas pun akan tinggi. Harus diakui, kalau dia duduk sebagai nakhoda Jakarta, maka untuk ikut pilpres 2029 kelak Anies punya modal yang lebih besar dibandingkan dengan para bakal calon lainnya.
Untuk ikut pilgub November nanti, Anies memang calon yang sangat perkasa. Maklumlah, dia selesai mengikuti pertarungan brutal pilpres 2024. Kebetulan pula persepsi publik sangat solid: bahwa Anies kalah karena dicurangi habis-habisan. Bagi banyak orang, dia adalah “korban pengeroyokan” geng yang menginginkan Gibran Rakabuming menang pilpres 2024.
Jadi, kepahlawanan Anies masih menjiwai puluhan juta orang. Termasuk jutaan warga Jakarta. Ini dianggap sebagai potensi kemenangan Anies untuk pilgub November nanti.
Singkat cerita, kemenangan Anies terasa dalam genggamam. Perasaan ini menggiurkan. Mengapa? Karena kalau Anies berada di kursi gubernur Jakarta, maka untuk ikut pilpres 2029 nanti jalannya akan mulus.
Bayangan indah bisa ikut pilpres 2029 dan menang, memang meyulut semangat para pendukung yang menghendaki agar Anies ikut pilgub. Nyaris tak terdengar suara yang kontra. Kecuali sedikit.
Tetapi, apakah benar Anies bisa menang dengan mudah di pilgub nanti? Belum tentu. Apalagi kalau Kaesang Pangarep jadi dimajukan oleh Jokowi. Pastilah orang licik ini tidak akan membiarkan anaknya kalah. Apatah lagi Jokowi memang tidak suka Anies sampai kapan pun.
Artinya, Jokowi akan melakukan apa saja untuk mendudukkan Kaesang sebagai gubernur/wakil gubernur Jakarta. Dia akan gas habis. Jokowi sudah hitung hanya ini kesempatan untuk menaikkan Kaesang. Dan Jokowi merasa semua perangkat bisa dia atur untuk memenangkan anaknya itu.
Terus, apa yang akan terjadi kalau Anies kalah? Berat. Kekalahan di pilgub Jakarta 2024 bukan hal yang sederhana. Dampaknya bakal luas. Bukan kekalahan biasa. Ada martabat komponen sosial yang akan ikut terhinakan akibat kekalahan itu. Anies adalah figur yang terasosiasi dengan komponen dimaksud. Tidak perlu elaborasi lebih lanjut.
Mungkin akan ada pertanyaan: belum apa-apa kok bicara soal kekalahan? Saya bisa jawab langsung, apakah Anda yakin Anies bisa menang menghadapi anak Jokowi?
Pilpres 2024 seharusnya mengajarkan kita bahwa Presiden Jokowi masih bisa melakukan skenario jahat untuk menjegal Anies, kedua kalinya. Dia memang akan lengeser sebelum pilkada. Tetapi Jokowi masih bisa “flexing”.
Jokowi sangat licik. Dia masih punya amunisi andal. Sederhana saja. Kalau dia bisa mengendalikan KPU, MK, MA, Polisi, ASN semasa pilpres yang baru lalu, apa dasar Anda untuk mengatakan bahwa dia tidak punya kuasa lagi untuk melakukan hal yang sama di pilkada nanti?
27 Juni 2024