HAMAS Superpower Baru Dunia Islam

HAMAS 
Superpower Baru Dunia Islam

Buku ini hadir tepat waktu. Di tengah-tengah pertempuran (yang secara fisik persenjataan) tidak seimbang, karya tulis ini memberikan semangat agar kita terus mendukung perjuangan perlawanan Palestina. 

Buku karya cendekiawan muda Indonesia, Pizaro Ghozali Idrus ini layak untuk dijadikan referensi dalam memantau perang brutal yang dilancarkan Israel ini. Pizaro membahas sejarah pendirian Hamas, mengapa Hamas popular di Palestina, operasi badai taufan al Aqsha, kisah-kisah kebiadaban di penjara Zionis, perpecahan dunia Islam menghadapi Israel dan sikap bangsa Indonesia menghadapi Palestina.

Dr Basem Naem, Kepala Departemen Politik Hamas di Gaza, dalam Kata Pengantarnya memuji buku ini dengan menyatakan, ”Akhirnya, upaya luar biasa dan besar yang dilakukan saudara Pizaro Ghozalii Idrus dengan menulis buku ini tentang Palestina, perlawanan dan peran historis Indonesia terhadap isu Palestina, menambahkan kontribusi yang berharga untuk perjuangan Palestina kami untuk kebebasan dan kemerdekaan. Penulis layak mendapat pujian atas usaha besar yang dilakukannya dalam penelitian dan penyelidikan tentang masa lalu dan masa kini untuk mencapai hasil objektif dan fakta-fakta sejarah ini…”

Hamas (Harakah al Muqawwamah al Islamiyah) pendiriannya terinpirasi oleh perjuangan Izzudin al Qasam dan Ikhwanul Muslimin. Organisasi Islam Mesir yang masuk Palestina tahun 1935 ini mempunyai pengaruh yang kuat di sana. Cabang Ikhwan di sana menembus 25 cabang pada 1947. Cabang-cabang Ikhwan di Palestina memiliki anggota sekitar 12 ribu sampai 20 ribu orang. Syaikh Amin al Husaini tokoh di Palestina saat itu diangkat menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin. Tokoh Ikhwan terkenal lainnya adalah Syaikh Ahmad Yasin, yang merupakan pendiri Hamas. Hamas resmi dibentuk pada Januari 1988.

Pentingnya masalah Palestina bagai dunia Islam ini, dituliskan oleh pendiri Ikhwan Imam Hasan al Banna, ”Sesungguhnya keberadaan Yahudi di Palestina merupakan bahaya serius bagi politik Timur pada umumnya, karena Palestina adalah jantungnya Timur dan wilayah bagi tempat-tempat suci Islam dan Kristen. Tentu saja intrik-intrik kaum Yahudi tidak dapat dipungkiri dan ketamakan mereka tidak dapat dibendung. Mereka tidak hanya mengincar Palestina saja, namun mereka akan merampas tanah masing-masing negara.”

Dukungan terhadap Hamas atau Palestina, datang terutama dari negara Qatar. Negara kecil di Timteng ini mengeluarkan ratusan juta dolar untuk kemakmuran masyarakat Palestina ketika dijajah Israel. Selama tahun-tahun blokade, Qatar telah menanggung semua pengeluaran Gaza dalam hal kemanusiaan, politik, ekonomi dan informasi.

Qatar juga menjadi home base dan tempat perlindungan bagi para Pemimpin Hamas yang berjuang di luar negeri, seperti Khalid Misyal dan Ismail Haniyah.

Satu bulan pasca Operasi Badai al Aqsha, lembaga penelitian Arab World of Research and Development menggelar survei untuk mencari tahu seberapa besar dukungan bangsa Palestina terhadap serangan yang dikomandani Hamas terhadap penjajah Zionis. Survei itu dipublikasikan oleh lembaga riset yang berbasis di Palestina pada 14 November 2023. Hasilnya sangat menarik yakni sebanyak 75% responden setuju dengan serangan Hamas dan 74,7% setuju bahwa mereka mendukung berdirinya negara tunggal Palestina.

Banyak informasi yang menarik dalam buku ini bila Anda langsung membacanya. Karya tulis ilmiah ini penting dimiliki para guru, aktivis, professional, mahasiswa atau masyarakat umum yang peduli pada Palestina. Apalagi saat ini Israel lagi membabibuta melakukan genosida di sana. 

Satu hal yang sangat penting dalam buku ini adalah, bagaimana kita semestinya melihat apa yang terjadi di Gaza dan Palestina secara umum dengan kaca mata harapan, bukan semata penderitaan.

"Buku ini adalah kebutuhan yang sangat mendasar untuk mulai mengubah cara pandang dunia terhadap Gaza. Buku ini hadir dengan pendekatan baru yang telah berhasil membuat saya melihat Gaza lebih dari sisi yang lebih positif. Sisi yang mengatakan, "Jangan selalu melihat dari kacamata penderitaan, tapi mari lihat dari sudut pandang harapan..."," ungkap aktivis kemanusiaan Palestina Muhammad Hussein Gaza.
Baca juga :