Dunia dan Seisinya
Saya kalau lagi kesal dgn dunia dan seisinya, suka sekali lihat gambar-gambar angkasa raya. Termasuk gambar yg satu ini. Entah siapa yang bikin, pun entahlah apakah ilustrasi ini akurat, tapi gambar ini sangat powerful.
Saya lihat gambar ini lama-lama.
Satu titik digambar pertama, adalah bintang (star). Matahari misalnya, itu bintang. Maka, satu titik di gambar itu adalah bintang kayak Matahari.
Kemudian gambar kedua, setiap titik adalah galaksi (galaxy). Artinya, misalnya galaksi Bima Sakti, maka didalam galaksi Bima Sakti itu ada banyak bintang-bintang, termasuk Matahari. Lantas galaksi-galaksi ini membentuk alam semesta atau Universe.
Sampai sini, otak saya masih bisalah membayangkannya. Apakah di luar sana terdapat alam semesta lainnya? Seperti gambar ketiga. Setiap gelembung adalah universe. Tidak tahu. Dan saya susah payah membayangkannya.
Tapi, inti terpoin dari menatap gambar ini adalah: biasanya kesal saya mulai berkurang.
Bayangkan, Matahari yang besar banget itu, hanyalah titik kecil di gambar pertama. Maka, apalah artinya manusia?
Seriusan, apalah artinya manusia? Mau itu manusia punya emas sebesar planet Bumi, saking kaya rayanya, dia tetap tidak terlihat di gambar pertama saking kecilnya. Apalagi kalau kekayaannya cuma angka-angka saja. Di kertas.
Berapa usia planet Bumi? 4,5 milyar tahun lebih. Maka apalah artinya si A, si B, si C? Bahkan kalaupun dia presiden negara adidaya, maharaja kekaisaran raksasa, waktu hidupnya bahkan lebih cepat kedipan mata jika dibandingkan usia Bumi. Sebentar sekali.
Maka, ngapain pula kita lebai sekali mengejar dunia ini? Toh, itu benar-benar kecil. Mending mengejar yg lebih hakiki saja deh. Cukup lakukan yg terbaik, berusaha jadi orang baiknya, peduli, tidak bohong, tidak maling, semoga besok lusa mati baik-baik. Dan akhirnya semoga berkesempatan bisa menyaksikan kebenaran betapa TIDAK BERHARGANYA kebahagiaan yg diberikan dunia dan seisinya.
Saya kalau lagi kesal dengan dunia, ke israel misalnya, ke koruptor-koruptor, ke pembajak buku, saya lihat gambar angkasa raya.
(BY Tere Liye)