Di Balik PHK Massal Tokopedia
ANANG dan teman-temannya, sesama karyawan Tokopedia, menerka bahwa hari yang paling tak mereka inginkan sudah tiba. Pada Jumat, 14 Juni 2024, manajemen Tokopedia menggelar rapat besar atau town hall meeting via aplikasi rapat digital. Pada pukul 09.00 WIB, rapat dibuka untuk sekitar 3.000 “Nakama”—sebutan bagi karyawan Tokopedia. Pertemuan online itu, kata Anang, hanya berlangsung sepuluh menit. Namun hasilnya membuat geger dan resah.
Rupanya, dalam pertemuan itu manajemen Tokopedia mengumumkan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap 460 karyawan. Menurut Anang, manajemen menyampaikan nama-nama pegawai yang terkena PHK atau tidak melalui surat elektronik. Menjelang pukul 2 siang atau lima jam seusai rapat, dia menerima e-mail. “Saya kena layoff,” ujar Anang, pegawai Tokopedia yang meminta identitas aslinya disamarkan, bercerita kepada Tempo pada Selasa, 18 Juni 2024.
Ada puluhan rekan satu tim Anang yang terkena PHK. Demikian pula karyawan di beberapa divisi lain. Pekan terakhir Juni 2024 ini menjadi hari-hari penutup mereka di “rumah hijau”, istilah yang digunakan para Nakama untuk menyebut Tokopedia. Manajemen Tokopedia menyewa satu ruangan khusus di sebuah gedung di Jakarta Selatan untuk memanggil satu per satu karyawan yang terkena PHK. Di sana mereka mendapat penjelasan tentang paket penyelesaian hubungan kerja, termasuk di dalamnya adalah pesangon.
Soal alasan PHK, Direktur Corporate Affairs Tokopedia dan Shop Tokopedia, Nuraini Razak, mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan adalah tumpang-tindih peran di beberapa divisi tim e-commerce yang baru. Menurut dia, Tokopedia telah meninjau dan mempertimbangkan dengan matang sebelum menjalankan PHK. “Kami mengidentifikasi beberapa peran dari berbagai tim yang serupa perlu disesuaikan,” tuturnya pada Kamis, 20 Juni 2024.
Menurut Nuraini, tumpang-tindih peran itu terjadi setelah penyatuan Tokopedia dengan TikTok Shop. Ini adalah dampak kesepakatan antara ByteDance, induk usaha TikTok, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk soal penggabungan operasi. Sejak Rabu, 31 Januari 2024, Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia menyatukan operasional bisnis. TikTok pun menjadi pemegang saham pengendali Tokopedia. Sehari kemudian atau pada 1 Februari 2024, pegawai TikTok dan Tokopedia bergabung di bawah naungan ByteDance, perusahaan teknologi asal Cina.
Sinyal rencana perampingan jumlah karyawan besar-besaran sebenarnya telah ditangkap para Nakama sejak mereka berstatus pegawai ByteDance. Seorang staf senior Tokopedia mengatakan, pada Februari 2024, manajemen baru yang mewakili ByteDance menyampaikan sambutan di depan karyawan. Salah satu yang dia katakan adalah mengkaji kembali rencana bisnis pada pertengahan 2024. Manajemen baru juga bakal mengubah beberapa kebijakan, seperti bonus dan uang makan.
ByteDance mengambil alih kursi pimpinan setelah memegang 75,01% saham Tokopedia, melalui TikTok Nusantara (SG) Pte Ltd. Sedangkan sisa 24,99 persen saham masih dimiliki GoTo. ByteDance menunjuk Vonny Ernita Susamto sebagai Direktur Utama Tokopedia, menggantikan Melissa Siska Juminto. Vonny sebelumnya menduduki posisi Category Management ByteDance sejak 2021. ByteDance juga menempatkan orangnya di posisi strategis, seperti divisi keuangan. Belakangan, Melissa Juminto diangkat menjadi Presiden Direktur e-Commerce ByteDance di Singapura, yang membawahkan Tokopedia dan Shop Tokopedia alias TikTok Shop.
Menurut staf senior tersebut, dari sisi organisasi, ByteDance menilai Tokopedia terlalu gendut. Salah satu contohnya ada pada divisi kreatif. Di ByteDance, tim kreatif hanya beranggotakan 12 orang yang menangani pekerjaan di seluruh dunia. Sementara itu, Tokopedia memiliki 80 anggota tim kreatif yang mengurus produk-produk Tokopedia saja. Tim kreatif bertugas antara lain merancang materi promosi, pemasaran, media sosial, dan pekerjaan lain.
ByteDance memang tidak memberi label karyawannya sesuai dengan lokasi di negara tertentu. Tapi perusahaan ini menugasi para pegawai untuk menggarap proyek-proyek lintas negara. Seorang karyawan yang berada di Jakarta, misalnya, bisa menggarap produk yang ada di Singapura atau negara lain.
ByteDance juga menemukan “lemak” di divisi administrasi yang membuat Tokopedia gemuk. Misalnya keberadaan staf yang bertugas memesan tiket untuk perjalanan dinas karyawan ke luar kota. Ada pula tim bagian mengurus pemesanan hotel. Pos-pos fungsi seperti itulah yang dipangkas. Di ByteDance, karyawan yang akan bertugas ke luar kota atau ke luar negeri mengurus sendiri semua kebutuhan, dari tiket hingga penginapan. Semua dilakukan dalam satu aplikasi.
(Sumber: Majalah TEMPO, Minggu, 23 Juni 2024)