Pendidikan Tinggi itu Penting
Kamu lihat screenshot data persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan setingkat universitas di berbagai negara ini. Apa kesimpulannya?
Simpel. Negara-negara maju, jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan tingginya banyak. Kalaupun tidak 100%, minimal 30% penduduknya lulus kuliah. Sedangkan negara-negara miskin, sedikit sekali penduduknya yg lulus kuliah. Lihat datanya, biar matamu terbuka.
Semua orang juga tahu, kuliah itu memang hanya 'tertiary education'. Bukan secondary, boro-boro primary. Tapi hanya pejabat jago ngeles saja yang akan bilang 'tertiary education' itu tidak penting. Pejabat ABS. Dan pejabat-pejabat ini kocaknya bukan main. Mereka dulu dilahirkan oleh sistem pendidikan tinggi murah loh. Mereka dulu kuliah di kampus-kampus dgn SPP murah. Eh, dia malah bikin generasi berikutnya bayar mahal.
Silahkan saja kalian sibuk bangun IKN, silahkan saja kalian bikin makan siang gratis, bikin kereta cepat, hilirisasi, bla bla. Tapi catat baik-baik, jika masalah UKT naik ini kalian biarkan terus-menerus, kalian NGIMPI bin HALU jika 2045 Indonesia ini akan menuju masa keemasan.
Presiden, Menteri-menteri, mingkem soal UKT naik ini, komen normatif. Politisi-politisi sibuuuk ngoceh nambah kementerian. Presiden terpilih yg pernah berjanji menggratiskan PTN juga diem-diem bae. Nasib memang.
Dan buat kalian netizen yg tidak peduli dgn masalah ini. Kamu catat baik-baik, dengan pemerintah memberikan amunisi peraturan kampus boleh nyari duit, UKT ini akan terus naik. 2026, 2028, 2030. Terus naik. Persis kayak tarif jalan tol. Uang pangkal juga boleh jadi akan dikenakan ke semua jalur. Termasuk reguler. Kamu tuh naif sekali jika menganggap ini masalah orang yg mau kuliah saja. Ini tuh masalah anak cucumu kelak.
Negara maju memiliki sistem pendidikan yang murah, adil, dan berkualitas. Negara ambyar, dia sibuk jualan bisnis pendidikan--sambil ngoceh, 'Kan ini tertiary loh. Yang nggak mampu, tinggal cari beasiswa, masuk sekolah kedinasan.' Dia lupa blas, amanat UUD 1945, adalah tanggung jawab negara mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan membuncitkan perut-perut keluarga pejabat. Nepotisme dimana-mana.
(By Tere Liye, penulis novel 'Teruslah Bodoh Jangan Pintar')