Tantangan publik figur agama sebagai panutan
Jadi publik figur itu berat. Seseorang yang dijadikan panutan oleh orang lain selayaknya menghindari hal-hal Kontroversial.
Orang awam tidak membaca kitab. Tidak membedah masalah khilafiyah ulama'. Mereka hanya melihat tokoh yang dijadikan panutan. Entah itu ustadz, Guru, dan berbagai macam titel lainnya. Tindakan seorang Panutan agama adalah hukum bagi pengikutnya yang awam.
Jika seorang panutan melakukan hal-hal Kontroversial secara terang-terangan, akibatnya umat akan terpecah-belah, bertengkar satu sama lain.
Yang mencintai tokoh tersebut akan meniru dan membela membabi buta. Jika ditegur mereka akan berkelit, ustadz/guru saya juga melakukannya kok, Gak mungkin dong dia terang-terangan melakukan hal terlarang.
Sementara itu, orang lain yang paham kesalahan sang panutan ini akan mengkritik. Dan barisan pengkritik ini akan berhadapan langsung dengan pendukung militannya. Terjadilah dua kelompok yang saling berantem.
Tindakan nyeleneh bin aneh seorang panutan itu fitnah, yang bisa mencabik-cabik Ukhuwah. Sebaiknya dihindari.
Bagi seorang panutan, tidak cukup bertindak atas dasar karena boleh. Lebih dari itu, layak atau tidaknya perlu dipertimbangkan.
Ada banyak hal, secara hukum boleh, secara adat tidak layak.
Jadi jangan heran, sekedar contoh saja. Jika di majelis ilmu gurunya suka merendahkan dan dan memvonis. Maka akan lahir murid-murid buas yang akan lebih keji daripada apa yang kita saksikan pada gurunya.
(Abde R)