[PORTAL-ISLAM.ID] Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 diprediksi masih akan berlangsung panas meski statusnya tak lama lagi bukan lagi sebagai ibu kota negara (IKN) Republik Indonesia.
Jakarta akan menggelar pemilihan kepala daerah bersama seluruh daerah lain di Indonesia pada 27 November 2024. Total ada 37 provinsi dan 508 kabupaten kota yang akan menggelar pilkada menurut data terakhir dari Komisi Pemulihan Umum (KPU).
Di antara daerah-daerah tersebut, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago memperkirakan Jakarta masih akan menjadi medan pertempuran yang sengit. Menurut dia, kemenangan pada pilkada DKI akan menjadi prioritas kedua bagi partai-partai besar setelah Pilpres 2024.
"Apakah Jakarta tetap seksi, ya pasti seksi. Karena tetap menjadi pilkada yang menjadi perhitungan banyak orang," kata Pangi saat dihubungi, Senin (29/4/2024), dilansir CNNIndonesia.com.
Hingga kini beberapa nama potensial telah masuk bursa dan diprediksi kuat akan maju menjadi calon Jakarta satu. Mereka mewakili partai-partai peraih suara terbanyak hasil pemilihan anggota legislatif (Pileg) 14 Februari lalu.
Contohnya PDIP yang disebut telah menyiapkan sejumlah nama kondang dari kalangan kadernya untuk Pilgub DKI. Mereka ialah, Mensos Tri Rismaharini, Menpan-RB Azwar Anas, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, hingga eks Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi. Selain itu ada pula nonkader seperti eks Panglima TNI Andika Perkasa yang menjadi bagian dari tim pemenangan Ganjar Pranowo yang diusung PDIP di Pilpres 2024 lalu.
Sementara dari Golkar ada nama Ridwan Kamil, Erwin Aksa, hingga Ahmed Zaki Iskandar.
PAN juga tak mau ketinggalan, mereka memunculkan nama Eko Patrio, Zita Anjani, dan Lula Kamal.
Selanjutnya, PKS yang memunculkan tiga kader potensial mereka untuk diusung nanti yakni Mardani Ali Sera, Sohibul Iman, Khoirudin, dan Presiden mereka, Ahmad Syaikhu.
Sementara Gerindra, hingga kini belum memunculkan nama kader yang akan diusung di Pilkada Jakarta nanti. Namun, Ketua Harian Sufmi Dasco Ahmad memberi sinyal akan mengusung kader muda. Belakangan, relawan Projo telah mendorong salah satu kader Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo untuk duet dengan RK.
Begitu pula dengan NasDem, yang mendorong Bendahara Umum sekaligus Wakil Ketua Komisi III DPR, yang namanya juga kondang disebut crazy rich Priok, Ahmad Sahroni.
NasDem juga memberi sinyal kuat bakal kembali mengusung Anies Baswedan di Pilgub DKI setelah kandas di Pilpres 2024.
Rematch Anies versus Ahok di Jakarta
Dari sejumlah nama itu, Pangi menilai rematch atau tanding ulang antara Anies dan Ahok bukan barang mustahil.
Khusus Ahok, menurut dia, hal itu akan sangat ditentukan oleh sentimen publik dan momentum yang akan terjadi hingga masa pendaftaran calon pada 27-29 Agustus mendatang.
"Rasanya pemain lama ini akan turun menjadi menarik apakah mereka betul akan kembali turun atau nggak mau lagi rematch Pilkada Anies-Ahok," kata Pangi.
Pangi mengatakan Ahok tak mustahil akan kembali dicalonkan PDIP di Pilgub Jakarta. Dia mengatakan di dalam politik, seseorang tak bisa mati selamanya. Dalam politik, seorang bisa mati sekali, dan hidup berkali-kali.
Oleh karena itu, lanjut Pangi, semua itu akan bergantung pada PDIP dan Ahok. Apalagi, dari sisi logistik Ahok juga tak mengalami banyak masalah.
Begitu pula dengan Anies, yang bergantung pada NasDem, setelah PKS sejauh ini diklaim menutup pintu.
Menurut dia, Anies membutuhkan momentum untuk menjaga kendaraan politiknya hingga Pilpres 2029 jika dia akan kembali maju.
"Supaya Anies tetap punya panggung. Artinya nggak boleh berhenti. Tidak boleh mati sebagai politisi adalah punya jabatan sebagai gubernur," kata Pangi.
Direktur Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an juga memiliki pendapat bahwa Anies dan Ahok berpeluang kuat tanding ulang di Jakarta.
Berdasarkan hasil sigi internal lembaganya setidaknya ada tiga nama yang masuk top of mind untuk bursa cagub Jakarta pada 2024 ini. Mereka ialah Anies, Ahok, dan Heru Budi yang kini menjadi Pj Gubernur DKI. Beberapa nama lainnya ada Ahmad Sahroni dari NasDem, dan Mardani Ali Sera dari PKS.
Ali menyebut Ahok masih memiliki popularitas yang tinggi karena pernah maju di Pilgub DKI 2017. Dia juga dianggap memiliki kinerja yang baik selama memimpin DKI menggantikan Jokowi. Namun, Ali menilai nama Ahok perlu dicermati lebih jauh karena namanya belakangan mulai tenggelam.
"Kalau Ahok sudah punya popularitas dan dianggap ketika memimpin DKI dulu punya kinerja yang baik. Meskipun tinggal resistensinya tinggi. Makanya kita akan lihat probability-nya. Terus nama Ahok kan makin lama makin tenggelam. Itu juga jadi pertimbangan," katanya saat dihubungi.
(Sumber: CNNIndonesia)