Napoleon dari Afghanistan

Oleh: Fathi Nasrullah

Kemarin dalam perjalanan dari Baghlan menuju Salankt, kami melewati beberapa persimpangan menuju provinsi-provinsi lain. Antaranya Panjshir, Badakhsan, Bamyan, Dll. Ada plang-plang penunjuk jalan menuju provinsi-provinsi tersebut.

Dalam sejarah pertempuran di Afghanistan, Provinsi Panjshir sangat terkenal sebab tidak dapat ditaklukkan siapapun kecuali oleh Taliban.

Panjshir yang berarti Lima Singa (Panj = Lima. Shir = Singa) merupakan wilayah dengan penduduk mayoritasnya adalah suku Tajik.

Ketangguhan provinsi Panjshir, MasyaAllah salah satunya disebabkan kontur wilayah yang menjadi benteng alam dengan kemampuan pertahanan 100%.

Hanya terdapat satu jalan untuk keluar dan masuk, berupa lorong panjang yang diapit pegunungan di kiri kanannya. Gunung-gunung yang mengepung jalan masuk itu mempunyai lubang-lubang gua untuk perlindungan dari serangan udara.

Sehingga dengan demikian baik dari darat maupun dari darat, Panjshir tak mungkin dimasuki kecuali seizin penguasa wilayah.
Pemimpin Panjshir yang sangat populer adalah Ahmad Shah Masoud, seorang komandan perang yang selain sangat hebat dan tak terkalahkan, juga kontroversial.

Pada perjuangan kemerdekaan melawan Uni Soviet, Ia menjadi salah satu dari 8 pemimpin utama Afghanistan. Bersama nama-nama lainnya, Ahmad Shah Masoud mengobarkan perang mengusir Uni Soviet.

Saking hebatnya Ahmad Shah Masoud, sejarawan militer menjulukinya sebagai Napoleon dari Afghanistan.

Tapi saat Soviet berhasil diusir, Ia malah terdepan dalam merintis model pemerintahan nasionalis sekuler yang mengakibatkan bentrok hebat melawan kelompok Islamis.

Kedatangan serta penjajahan Amerika atas Afghanistan tak lepas dari upayanya. Ia memanfaatkan Amerika untuk menghantam Taliban yang ketika itu telah resmi berkuasa.

Bersama kelompok-kelompok anti Taliban lainnya, Ahmad Shah Masoud membentuk Aliansi Utara yang dengan dukungan penuh Amerika berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban.

Ia gugur pada tahun 2001 ketika sebuah Black Ops atau operasi intelejen yang dilancarkan kelompok Islamis berhasil menyelinap dari penjagaan ketat pengawal setia lalu mendekatinya.

Dua personel musuh yang menyamar sebagai jurnalis kemudian meledakkan bom yang ditanam ke dalam kamera video.

Tapi gugurnya beliau bukan melemahkan kelompok nasionalis sekuler, pembunuhan Ahmad Shah Masoud malah menyeret Afghanistan ke dalam jurang perang saudara yang semakin dalam. Bahkan lebih parah.

Sejak hari itu hingga saat ini, luka yang timbul dalam hati masyarakat suku Tajik akibat peristiwa tersebut sangat sulit disembuhkan.

Suku Tajik sendiri pada saat penjajahan Amerika, banyak diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintahan boneka. Bersama suku Uzbek, mereka menempati posisi-posisi strategis dan sangat menentukan kebijakan negara serta militer.

Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan untuk kedua kalinya tahun 2021 lalu, segala kekacauan di Afghanistan yang berasal dari fanatisme kelompok itu berusaha mereka perbaiki.

Selain menerapkan sanksi tegas atas tindakan-tindakan rasis, Pemerintah Taliban juga mendudukkan gubernur-gubernur yang berbeda suku dengan suku mayoritas di provinsi tersebut dan menyerukan pembauran antar suku.

Upaya ini kemarin hampir berantakan karena adanya insiden rasisme di kalangan pejabat tinggi dan militer Taliban. Tapi nanti saya bahasnya karena kepanjangan kalo ditulis semua sekarang.

Tambahan informasi. Pakool, Tutup kepala/peci khas Afghanistan yang sangat populer itu sebetulnya merupakan ciri khas suku Tajik.

Pakool menjadi populer di kalangan ummat Islam dunia setelah digunakan oleh syaikh Abdullah Azzam yang kemudian diikuti oleh Afghan Arab (cek postingan sebelum ini) sehingga menjadi trend yang menyebar luas di dunia Islam.

*Pict: Ahmad Shah Masoud dengan Pakool Tajik nya yang legendaris

(fb)
Baca juga :