Tahun 2019, Kerusuhan menuntut hasil pemilu di depan Bawaslu memakan korban tewas 7 orang, dan ratusan lainnya terluka dan harus dirawat.
Saat itu, jangankan menjenguk para korban, Capres yang dibela itu mengucapkan duka cita saja, tidak.
Jadi, bisa dibayangkan betapa luar biasa kecewa dan sakitnya...
Saat itu, satu-satunya unsur pemerintah yang hadir memeluk korban, adalah Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Dia mendatangi setiap RS tempat para korban dirawat. Menjenguk yang terluka, menepuk bahu para keluarga mereka. Menguatkan.
Semua biaya perawatan ditanggung oleh Pemprov DKI. Siapapun kalian. Warga DKI atau bukan.
Dia mengangkat keranda jenazah beberapa korban tewas, dan mengantarkan hingga ke pemakaman.
Bahkan ketika tersisa 1 jenazah yang tidak punya identitas, tertahan selama 2 Minggu, karena ga ketahuan siapa keluarganya, beliau menginstruksikan kepada seluruh RT untuk mencari tahu warganya yang hilang dan belum kembali...
Makanya, ketika tahun 2024, kasus kecurangan Pemilu kembali terulang, beliau memilih untuk tidak ngotot dan menggerakkan para simpatisan di bawah...
"(Kalau saya ngotot) Saya tidak akan merasakan pukulan dan benturan. Tapi Rakyatlah yang akan merasakannya. Saya tahu rasanya ketika 2019."
Begitu ucap beliau dengan mata berkaca-kaca.... (video di bawah)
Jadi, kalau kalian mengharapkan rasa terima kasih dari Bapak Jenderal atas perjuangan kalian selama pemilu kemarin,
Saran saya, jangan berharap banyak.
Kejadian 2019 cukup memberi tamparan keras pada saya....
Seberapa ignorance nya beliau.
(Al Fatin)
Alasan pak Anies Baswedan tak melawan setelah keputusan MK.. pic.twitter.com/31f4QT9QxC
— Maudy Asmara (@Mdy_Asmara1701) May 11, 2024