[PORTAL-ISLAM.ID] Salah satu murid Imam Syafii ketika di Mesir adalah Yunus bin Abdul A'la Shadafy, beliau dikenal sebagai ulama yang mutamakkin, bahkan sebelum Imam Syafii ke Mesir, Yunus Shadafy sudah terkenal sebagai alim hadits, meskipun tidak semasyhur murid-murid Imam Syafii yang lain.
Diceritakan bahwa suatu hari sang murid, berbeda pendapat dengan gurunya dalam sebuah masalah. Sang murid marah dan meninggalkan majelis sang guru.
Setelah Isya kira-kira, rumah sang murid diketuk, dia pun beranjak dari tempat duduknya membuka pintu, ternyata di pintu sang guru menunggu dengan senyum.
" Yunus...lebih dari 100 masalah hukum kita sepakat, masa kita harus ribut karena kita berbeda pendapat dalam 1 masalah...
Yunus, jangan berusaha untuk menang dalam semua perbedaan pendapat, karena terkadang mengalah untuk mendapatkan hati lebih penting dari pada menang debat, tapi hati saling jauh...
Kamu boleh benci pada kesalahan, tapi tidak boleh benci orang yang salah...
Silahkan kamu benci perbuatan dosa tapi sayangi dan maafkanlah pendosa...
Boleh kamu kritis pemikiran seseorang, tapi kamu tetap harus menghargai orang itu...
Tugas kita memberantas penyakit, bukan memberantas orang sakit...
Jangan berusaha menjadi paling sempurna, kalau ada yang datang minta maaf, maafkan. Kalau ada yang datang ingin curhat, dengarkan. Kalau ada yang datang membutuhkan bantuan, bantulah...
Meskipun suatu hari engkau akan memanen duri, tetaplah menjadi penanam kembang..."
Yunus bin Abdul A'la Shadafy meninggal beberapa puluh tahun setelah Imam Syafii meninggal, pada umur lebih dari 90 tahun.
Sebelum meninggal beliau selalu menangis, ketika ditanya kenapa menangis, beliau menunjukkan kepada kedua kakinya... "Aku akan meninggalkan dunia, tapi kakiku belum pernah terkena debu di medan jihad...", padahal beliau saat itu adalah Imamul Misriyyin wa Alimuhum...Rahimahullah.
(Saief Alemdar)