"Kamu membawakanku kurma, dan kamu tidak membuang bijinya"

"Kamu membawakanku kurma, dan kamu tidak membuang bijinya"

Apa rahasia di balik popularitas ungkapan ini dan siapa yang mengucapkannya?

Perhatian Umar bin Al-Khattab tertuju pada kenyataan bahwa Khalifah Abu Bakar selalu pergi ke daerah pinggiran Madinah setelah shalat Subuh, memasuki sebuah rumah kecil selama berjam-jam, dan kemudian ia baru pulang ke rumahnya sendiri.

Dan Umar mengetahui semua yang dilakukan Abu Bakar kecuali rahasia isi rumah ini.

Hari-hari telah berlalu dan Khalifah masih mengunjungi rumah ini. Umar masih belum mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar di dalam, maka Umar memutuskan untuk masuk ke dalam rumah setelah Abu Bakar pergi. Agar dia dapat melihat dengan matanya apa yang ada di dalamnya, dan mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar setelah shalat Subuh.

Ketika Umar memasuki rumah kecil ini, dia menemukan seorang wanita tua yang tidak bisa bergerak dan tidak mempunyai siapa-siapa, dan dia juga buta.

Umar terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Dia ingin mengetahui apa rahasia hubungan Abu Bakar dengan wanita tua buta ini, maka dia bertanya padanya:

"Apa yang dilakukan orang ini di rumahmu?"
(maksudnya Abu Bakar As-Siddiq)

Wanita tua itu menjawab:

Wallahi, aku tidak tahu, anakku. Pria ini datang setiap pagi dan membersihkan serta menyapu rumah untukku. Lalu dia menyiapkan makanan untukku, dan dia pergi tanpa berbicara denganku.”

Ketika Abu Bakar meninggal, Umar meneruskan merawat wanita tua buta itu.

Wanita buta ini berkata kepada Umar: "Apakah temanmu meninggal?"
Umar berkata: "Bagaimana kamu tahu?"
Wanita buta ini berkata: "Kamu membawakanku kurma, dan kamu tidak membuang bijinya."

Ternyata selama ini Abu Bakar tidak hanya memberi wanita buta itu kurma, tapi dia juga mengupas kurma itu dan membuang bijinya agar mudah dimakan.

Umar bin Al-Khattab berjongkok dan matanya berkaca-kaca dan mengucapkan kalimat terkenalnya:

“Para Khalifah setelahmu lelah mengejarmu (keteladanannya), Wahai Abu Bakar."

---------

Haruskah kita menangisi Abu Bakar, atau menangisi Umar, atau menangisi hari ini atas perasaan dan akhlak yang sudah runtuh dan terpuruk.

𝘛𝘩𝘢𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘵𝘩𝘦𝘯, 𝘣𝘶𝘵 𝘸𝘦 𝘤𝘢𝘯 𝘵𝘳𝘺 𝘵𝘰 𝘣𝘶𝘪𝘭𝘥 𝘩𝘶𝘴𝘯𝘶𝘭 𝘬𝘩𝘶𝘭𝘶𝘲 (𝘦𝘹𝘤𝘦𝘭𝘭𝘦𝘯𝘵 𝘤𝘩𝘢𝘳𝘢𝘤𝘵𝘦 𝘳𝘴) 𝘧𝘰𝘳 𝘰𝘶𝘳𝘴𝘦𝘭𝘷𝘦𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘧𝘢𝘮𝘪𝘭𝘺.
Baca juga :