Oleh: Arham Rasyid
Anak pejabat pamer produk boikot di Baitullah.
Nah, inilah yang saya bilang kemaren sebagai petantang-petenteng atau melawan keumuman, walaupun ada juga yang gak setuju dengan itu.
Okelah, boikot itu soal prinsip. Hak masing-masing orang. Yang masih pake produk boikot, kejauhan kalo dianggap seperti pelaku maksiat. Toh semua punya alasan dan klaim kebenaran.
Katakanlah zatnya halal. Kita juga tau itu. Malah berdosa kalo serampangan mengharamkan apa yang hukum asalnya Allah halalkan.
Tapi mikirnya kan gak sesimpel itu. Lihat sikon juga lah. Ini jelas menyakiti hati orang yang selama ini berjuang sekuat tenaga membela Palestina, meski cuma bisa lewat harta.
Mau tetap pake ya pake aja. Kita nafsi-nafsi (masing-masing). Tapi kan bisa sembunyi-sembunyi.
Saya pun kalo situasi emergency dan gak ada pilihan, ya terpaksa sesekali pake juga produk terafiliasi.
Kayak tempo hari main di mall, anak-anak sudah kehausan dan gak ada pilihan. Mau keluar mall kejauhan, anak-anak sudah rewel, ya terpaksa beli sambil ngumpet. Sembari anak-anak dipahamkan bahwa ini darurat. Yang penting intinya tetap empati meski selemah-lemahnya hati.
Saya kadang heran juga. Yang sudah ngaji atau belum ngaji pun sama aja kalo sudah urusan empati.
Jadi ingat, dulu saat hangat-hangatnya momen 212, ada satu brand roti yang kena boikot karena menolak dianggap pro. Otomatis orang-orang pasti mikirnya si brand dukung penista.
Eeh, tetiba ada ikhwan yang dengan santainya sengaja posting lagi makan ini roti di saat euforia belum mereda.
Gak semua sih orang setuju 212. Tapi yang kayak begini apa namanya kalo bukan cari gara-gara?
Begitu juga kemarin saat semangka rame dijadikan simbol perjuangan Palestina, ada juga ikhwan yang posting foto nginjak semangka. Hadeh.. Motivasinya apa? Wallahu a'lam. Padahal menahan diri untuk gak melawan keumuman kan bisa. Maslahatnya jauh lebih besar. Wallahu a'lam.
Tapi ya sudahlah. Masalah empati adalah masalah kemanusiaan, kita gak bisa memaksakan.
Ada orang-orang yang memang dihadirkan sebagai ujian kesabaran. Apalagi kalo orang seperti ini justru ada di circle kita.
Tetap bersabar, jangan sampe kasar. Kalo ketemu, usahakan dengan suara paling lembut, bisikkan perlahan di kupingnya: gak ngotak!
(fb)